Samarinda, infodkj.com | Kamis, 12 September 2024 – Kegiatan Panggung Refleksi yang diadakan di depan gerbang Kampus UINSI Samarinda menjadi ajang pengingat penting untuk menolak lupa terhadap kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang pernah terjadi di Indonesia. Salah satu kasus kelam yang diangkat adalah tragedi G30S PKI, sebuah peristiwa tragis yang tidak boleh hilang dari ingatan bangsa Indonesia.
Panggung Refleksi ini mengingatkan kembali pernyataan Bapak Proklamator, Ir. Soekarno, yaitu "Jas Merah" yang berarti jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Pesan ini dirawat agar bangsa tidak mengulangi tragedi kelam di mana 6 Jenderal dan 1 Perwira gugur dalam satu malam tragis tanpa alasan yang jelas.
Tak hanya itu, aksi ini juga menyoroti berbagai pelanggaran HAM lainnya yang masih terjadi hingga hari ini. Di akhir masa jabatan Presiden Jokowi, yang dalam kampanyenya berjanji untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM, para aktivis HAM menilai belum ada kejelasan terkait penyelesaian kasus tersebut, termasuk penghilangan paksa aktivis '98.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang UINSI Samarinda juga menyoroti kematian aktivis HAM, Munir, yang hingga saat ini dalang di balik pembunuhannya belum terungkap. Presiden dinilai belum melanjutkan upaya pengusutan kasus ini secara tuntas, sehingga HMI turut menyuarakan kekecewaan mereka terhadap lambatnya penanganan kasus ini.
Sebagai simbol perlawanan dan bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan, HMI UINSI Samarinda melakukan aksi simbolik dengan membakar ban dan menyalakan lilin. Aksi ini dilakukan untuk merawat ingatan dan menyuarakan bahwa pelanggaran HAM harus diusut tuntas oleh pemerintah.
Dalam pernyataan penutupnya, HMI UINSI Samarinda menegaskan komitmen mereka untuk terus mendampingi kasus-kasus pelanggaran HAM, baik di dalam kampus UINSI maupun di luar kampus, sebagai bentuk perjuangan untuk keadilan.
Kontributor: Sadad AB/Rill/Dn