Jakarta, infoDKJ.com | Glodok, yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, adalah salah satu area paling bersejarah di ibu kota yang kaya akan warisan budaya dan sejarah Tionghoa. Nama "Glodok" sendiri diyakini berasal dari suara "glodok-glodok" yang dihasilkan oleh air yang mengalir dari pancuran di dekat wilayah tersebut pada masa kolonial Belanda. Daerah ini telah menjadi pusat perdagangan, budaya, dan kehidupan masyarakat Tionghoa selam berabad-abad.
Sejarah Glodok bermula pada abad ke-18, ketika Belanda mendirikan kawasan ini sebagai permukiman khusus untuk warga Tionghoa setelah peristiwa tragis Pembantaian Tionghoa 1740. Setelah kerusuhan besar tersebut, pemerintah kolonial Belanda memindahkan komunitas Tionghoa ke luar benteng kota Batavia untuk memisahkan mereka dari pusat pemerintahan. Glodok kemudian menjadi kawasan yang dikhususkan untuk warga Tionghoa, sekaligus menjadi titik awal berkembangnya komunitas Tionghoa di Batavia.
Seiring waktu, Glodok berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di Batavia. Pedagang Tionghoa memainkan peran besar dalam ekonomi kolonial dengan mendirikan toko-toko, rumah makan, dan apotek tradisional. Pasar Glodok menjadi tempat utama bagi masyarakat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, obat-obatan tradisional, hingga barang elektronik. Hingga kini, Glodok tetap dikenal sebagai salah satu pusat elektronik terbesar di Jakarta.
Glodok juga kaya akan warisan budaya dan keagamaan. Salah satu tempat paling terkenal di kawasan ini adalah Vihara Dharma Bhakti atau Kelenteng Jin De Yuan, yang didirikan pada tahun 1650. Kelenteng ini merupakan salah satu tempat ibadah tertua di Jakarta dan menjadi pusat spiritualitas bagi komunitas Tionghoa. Selain itu, kawasan Glodok memiliki berbagai bangunan berarsitektur khas Tionghoa yang mencerminkan kekayaan budaya komunitas tersebut.
Dalam perkembangannya, Glodok mengalami banyak perubahan. Modernisasi membawa perkembangan berupa mal dan pusat perbelanjaan seperti Harco Glodok dan Lindeteves Trade Center (LTC). Meski begitu, kawasan ini tetap mempertahankan nuansa tradisionalnya, dengan pasar tradisional dan warung makanan khas Tionghoa yang masih aktif hingga kini.
Saat ini, Glodok menjadi salah satu destinasi wisata populer di Jakarta. Pengunjung dapat menikmati berbagai kuliner legendaris, seperti kue keranjang, bakmi, dan lumpia. Turis juga dapat menjelajahi jalan-jalan kecil yang penuh dengan kios tradisional, menjadikan Glodok sebagai tempat yang sempurna untuk mengenal sejarah dan budaya Tionghoa di Jakarta.
Glodok adalah bukti nyata bagaimana Jakarta menjadi tempat pertemuan berbagai budaya. Sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah Kota Tua, Glodok tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan perjuangan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Dengan melestarikan dan menghargai kawasan ini, kita dapat terus menghormati warisan sejarah yang telah membentuk wajah Jakarta hari ini. (Pokjawarkotu)