Alm. Baba EM Nafis dan Baba Dasik Aripin (dok.) |
Jakarta, infoDKJ.com | Rabu, 11 Desember 2024
"Kalau dulu, saya sering lihat banyak orang mencari lindung dan saya sendiri waktu itu ikut ngangon kerbau. Jadi "Rawa Lindung" keberadaannya memang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat "Petukangan" Betawi tempo dulu, karena teman ada yang pengembala kerbau," ungkap Bang H. Yani (54 tahun) salah satu tokoh Beksi Kong Noer saat wawancara pada Selasa, 10 Desember 2024 melalui "messenger" di Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Menurutnya bahwa sejak berumur belasan tahun saya sering bermain di sawah "Rawa Lindung" mandi di kali kecit atawa yang bisa orang menyebut "uangan/kalenan" sampai bisa bareng berenang bersama teman sepermainan di sawah.
"Ya, itu mandi di kali kecit (uangan/kalenan) mengikuti aliran air saat hujan turun dan ketika sampai jembatan kita buru-buru pegangan jembatan agar tidak kebawa air kali yang mengalir sangat deras," tuturnya.
Senada dengan itu, Baba Dasik Aripin (79 tahun) salah satu sesepuh Silat Beksi Petukangan menambahkan bahwa "rawa lindung" entuh udah dikenal sejak saya kecit, mungkin sekitaran tahun 1945. Dan dulu ketika musim kemarau tiba, berbondong-bondong masyarakat "Petukangan" mendatangi "Rawa Lindung" untuk mencari lindung.
"Ada yang bawa pacul, pengki, ember, linggis dan peralatan lainnya untuk menggali tanah "Rawa Lindung" mencari lindung dan nanti setelah dapat akan diolah sebagai makanan sehari-hari," imbuhnya dengan mata berkaca-kaca. (ziz/eva/dn)