YOGYAKARTA, infoDKJ.com | Miftah Maulana Habiburrahman, atau yang dikenal sebagai Gus Miftah, memutuskan mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Keputusan ini menjadikannya sebagai pejabat tersingkat di era Presiden Prabowo Subianto, hanya menjabat selama 44 hari.
Gus Miftah dilantik di Istana Negara pada 22 November 2024. Namun, pada Jumat (6/12/2024) siang, ia mengumumkan pengunduran dirinya dalam konferensi pers di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Saya memutuskan mengundurkan diri dari tugas sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Keputusan ini murni atas dasar tanggung jawab, cinta, dan penghormatan kepada Presiden Prabowo Subianto serta seluruh masyarakat," ujar Gus Miftah dengan suara bergetar.
Ia menegaskan bahwa pengunduran dirinya bukan akibat tekanan atau permintaan dari pihak mana pun, termasuk Presiden Prabowo. "Ini bukan akhir, melainkan awal bagi saya untuk terus berkontribusi pada bangsa dengan cara yang lebih luas," tambahnya.
Tanggapan Publik dan Teguran Istana
Pengunduran diri Gus Miftah terjadi di tengah desakan publik yang memintanya mundur melalui berbagai saluran, termasuk petisi daring di Change.org. Petisi tersebut, yang berjudul "Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden", berhasil mengumpulkan lebih dari 273.000 tanda tangan hingga Jumat pagi.
Petisi ini dipicu oleh insiden di mana Gus Miftah diduga melontarkan pernyataan kasar kepada seorang pedagang es teh bernama Sunhaji. Peristiwa itu menarik perhatian publik, hingga Presiden Prabowo memberikan teguran melalui Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya.
"Presiden telah meminta yang bersangkutan untuk segera meminta maaf kepada Bapak Sunhaji. Kami mendapat laporan bahwa Gus Miftah telah menemui Bapak Sunhaji di Magelang dan menyampaikan permintaan maaf secara langsung," ujar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, Rabu (4/12/2024).
Hasan juga menekankan pentingnya pejabat publik menjaga ucapan, terutama kepada masyarakat kecil. "Pejabat harus berhati-hati dalam pernyataan dan sikap, terutama terhadap rakyat kecil yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tambahnya.
Respons Sunhaji dan Langkah ke Depan
Sunhaji, pedagang es teh yang menjadi korban dalam insiden ini, disebut telah menerima permintaan maaf Gus Miftah. Bahkan, ia mengundang Gus Miftah untuk mengisi pengajian di desanya, Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.
Sementara itu, Gus Miftah menyatakan pengabdiannya kepada bangsa tidak terbatas pada jabatan formal. "Sebagai pendakwah dan pelayan umat, saya percaya pengabdian dapat dilakukan di berbagai ruang di mana saya bisa memberikan manfaat," ujarnya.
Keputusan Gus Miftah ini mendapat sorotan luas, terutama sebagai pembelajaran penting bagi pejabat publik dalam menjaga integritas dan hubungan dengan masyarakat. (dn)