Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 20 Januari 2025
PERIODE MAKKAH
Abdul Muthalib Qorbankan Abdullah ?
KISAH RASULULLAH ï·º
اَللَّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØَÙ…َّدٍ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØَمد
Bernadzar
Mengingat beratnya tugas mulya Abdul Muthalib mengurus air dan keperluan para tamu Mekah yang datang dari berbagai semenanjung Arab terutama saat bulan Dzulhijjjah, sangat ingin dia agar mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.
Karena Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali yang telah terkubur selama lebih dari beberapa ratus tahun, kini sumur zamzam bisa digunakan kembali.
Dengan tugas berat tersebut Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya. Sekarang tinggal bagaimana menjamu orang yang datang ke Ka`bah terlayani dengan baik.
Abdul Muthalib bernadzar,
"Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban untuk Tuhan."
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak lagi. Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (panah) meminta setiap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, yang kelak akan menjadi Ayahhandanya Muhammad Saw, apalagi tidak ada orang yang menyetujui niatnya itu?
(Lanjut ke bagian 7)
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri