Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 13 Februari 2025
Oleh: Iman Santoso, Lc
Pada 12 Februari 1949, tepat 76 tahun yang lalu, Imam Hasan Al-Banna syahid setelah dibunuh oleh kaki tangan penguasa Mesir. Meski telah lama wafat, dakwah Islam yang beliau bawa semakin diterima oleh umat Muslim di seluruh dunia. Sayyid Qutb menyebutnya sebagai Sayyidul Banna, atau pemimpin yang membangun generasi.
Perjalanan Hidup Imam Hasan Al-Banna
Imam Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di Desa Mahmudiyah, wilayah Al-Buhairoh, Mesir Utara. Ayahnya, seorang ulama yang dihormati, juga dikenal sebagai Asy-Syaikh As-Sa’ati karena bekerja sebagai tukang reparasi jam dan penjilidan buku.
Lingkungan pedesaan yang tenang turut membentuk kepribadian Hasan Al-Banna. Sejak kecil, ia sudah menghafal Al-Qur’an dan berguru kepada ayahnya serta ulama lainnya. Perjalanan akademiknya membawanya ke Universitas Darul Ulum Kairo, tempat ia semakin mendalami ilmu agama.
Kecintaannya terhadap Islam sudah tampak sejak dini. Ia rajin beribadah, berdiskusi dengan para ulama, serta peduli terhadap problematika umat. Kegelisahannya terhadap kemaksiatan mendorongnya mendirikan organisasi kecil bernama Menolak Keharaman, yang bertujuan mengingatkan masyarakat agar meninggalkan dosa dan menjalankan kewajiban Islam. Salah satu kebiasaannya sejak kecil adalah membangunkan warga untuk shalat Subuh berjamaah di masjid dan berdakwah dari warung ke warung.
Mendirikan Ikhwanul Muslimin
Pada tahun 1928, dalam usia 22 tahun, Imam Hasan Al-Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan dakwah yang kelak berpengaruh di dunia Islam. Di antara tokoh-tokoh yang bergabung dalam gerakan ini adalah:
• Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib (ulama hadits)
• Syaikh Dr. Musthafa As-Siba’i (ahli hukum)
• Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (ulama fiqih)
Gerakan ini berkembang pesat, dan kini telah tersebar di lebih dari 70 negara. Hampir semua gerakan reformasi Islam di dunia mendapat pengaruh dari Ikhwanul Muslimin.
Keistimewaan Hasan Al-Banna bukan hanya dalam ta’liful kutub (menulis buku), tetapi lebih pada ta’liful qulub (menyatukan hati) dan ta’lifur rijal (mencetak generasi Muslim). Kendati demikian, kumpulan Risalah Hasan Al-Banna tetap menjadi sumber inspirasi bagi murid-muridnya.
Gerakan Ikhwanul Muslimin didirikan dengan tujuan menyatukan umat Islam dan mengembalikan kejayaan Islam pasca runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah.
Ulama besar India, Abul Hasan Ali al-Hasani An-Nadawi, menggambarkan Hasan Al-Banna sebagai sosok yang mengejutkan dunia Islam. Ia menulis:
"Kehadirannya mengejutkan Mesir, dunia Arab, dan dunia Islam secara keseluruhan. Semua takjub dengan dakwah, tarbiyah, jihad, dan kekuatannya yang unik. Allah telah mengumpulkan dalam dirinya berbagai kemampuan luar biasa—pemikiran yang brilian, pemahaman yang cemerlang, wawasan luas, perasaan yang kuat, hati yang penuh berkah, semangat membara, lisan yang fasih, serta sifat zuhud dan qanaah dalam kehidupan pribadinya."
Perhatian Terhadap Indonesia dan Palestina
Hasan Al-Banna memiliki perhatian besar terhadap umat Islam di seluruh dunia, termasuk Palestina dan Indonesia. Beliau bahkan memimpin langsung Komite Solidaritas bagi Kemerdekaan Indonesia. Ketika delegasi Indonesia, termasuk H. Agus Salim, Dr. HM Rasyidi, dan M. Zein Hasan, berkunjung ke Mesir, mereka mengucapkan terima kasih atas dukungan Hasan Al-Banna terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di sisi lain, perjuangan membebaskan Palestina juga menjadi prioritasnya. Pada tahun 1948, ia membentuk Pejuang Sukarelawan untuk membantu perjuangan rakyat Palestina dalam perang melawan Zionis.
Kesyahidan Imam Hasan Al-Banna
Dakwah dan jihad Hasan Al-Banna membuat para penguasa zalim ketakutan. Mereka pun merencanakan pembunuhannya.
Di depan kantor Organisasi Pemuda Islam, ia ditembak oleh antek-antek penguasa. Para pelaku langsung melarikan diri, sementara korban yang terluka parah dibiarkan dalam keadaan mengenaskan. Ia dibawa ke rumah sakit, tetapi dilarang menerima pengobatan hingga akhirnya wafat dua jam kemudian.
Penguasa saat itu bahkan melarang umat Islam menghadiri pemakamannya. Jenazahnya hanya dishalatkan oleh ayahnya yang sudah sepuh dan empat orang wanita.
Meski syahid dalam keadaan tragis, nama Imam Hasan Al-Banna tetap harum. Warisan dakwahnya terus berkembang, dan pengikutnya semakin banyak. Semoga Allah menempatkannya di surga Firdaus bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Rasulullah ï·º bersabda:
"Sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini, setiap satu abad, seseorang yang memperbarui agamanya."
(HR. Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)