Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 8 Februari 2025
PERIODE MAKKAH
Rasulullah berkata, apakah aku akan di usir oleh kaumku ?
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Diangkat Menjadi Utusan Allah
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun,
datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di Gua Hira yang jauhnya beberapa mil dari dusun yang ramai (Makkah) itu. Dan terletak di puncak bukit pegunungan diatas kota Makkah.
Gua Hira
Tempat tiada suara bersilat lidah dan berbicara batil, tempat yang mendapatkan ketenangan didalam keheningan menyeluruh. Di puncak ketinggian yang menjulang itulah Muhammad SAW, ber`uzlah membawa bekal seperlunya untuk tinggal menetap didalam goa beberapa lamanya siang dan malam.
Di tempat itu beliau memutuskan hubungan dengan segala macam kehidupan duniawi dan memusatkan dan memusatkan fikiran dan hatinya hanya rindu kepada Allah SWT. Penguuasa alam semesta.
Di dalam goa yang tertutup, sunyi senyap, menakutkan itulah Muhammad saw, bersembah sujud, mengasah hati, menjernihkan roh dan jiwa,mendekatkan diri kepada kebenaran dan menjauhkan diri dari kebatilan.
Pada saat itu Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat terkejut, dan terperanjat melihat ada makhluk yang yang datang. Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad,
"Iqra (Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian, setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?" barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama hingga ayat kelima:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam hati,
"Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil. Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
Ketulusan Khadijah
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang,
Rasulullah lalu segera pulang dalam keadaan sekujur badannya bergetar ketakutan.
Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus berdenyut keras dan hati berdebar, beliau pulang ke rumah.
"Selimuti aku, selimuti aku" pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.
"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang, "bergembiralah dan tabahkan hatimu.
Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata.
Engkau selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah. Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang Rasulullah, utusan Allah.
Kabar dari Waraqah bin Naufal
Beberapa waktu kemudian, Siti Khadijah mengajak Rasulullah pergi menemui Waraqah Bin Naufal, salah seorang anak paman Khadijah. Dimasa jahiliyah dia memeluk agama Nasrani. Ia sudah lanjut usia dan telah kehilangan penglihatannya.
Kepadanya Khadijah berkata:
Anak pamanku, dengarkanlah apa yang hendak dikatakan anak lelaki saudaramu (yakni: Muhammad saw).
Waraqah berkata: Hai anak saudaraku, ada apa gerangan ?
Rasul Allah, kemudian menceritakan apa yang terjadi di goa hira tersebut
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata,
"Mahasuci Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus besar' 1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh, dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah."
Waraqah berkata itulah malaikat yang juga diturunkan ke Musa as…..
Alangkah bahagianya kalau aku masih muda, dan alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup pada saat anda diusir kaum anda
Rasulullah berkata, apakah aku akan di usir oleh kaumku ?
Iya jawab Waraqah, Belom pernah ada orang yang datang membawa seperti yang anda bawa ini tidak di musuhi, seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami saat kenabian anda, pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya,
Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu. Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan," demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun, senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai menentangnya seperti yang diutarakan Waraqah.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang bijak yang dipercayanya.
Khadijah sampai dirumah. Dilihatnya suaminya masih tertidur. Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan keringat memenuhi wajah.
_______
1) Namus Besar
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah dalam Al Qur'an.
Shallu 'alan Nabi...
Berlanjut ke bagian 27...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri