Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 17 Februari 2025
PERIODE MAKKAH
Rasulullah hendak di hantam pakai batu Ketika sedang shalat di depan Ka'bah. Oleh Abu Jahal
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Teror Fisik Kepada Rasulullah Saw
Uqbah bin Abi Mu`ith
Suatu hari Nabi Saw, sedang shalat di Masjid Al-Haram, dia didatangi Uqbah bin Abi Mu`ith dan mencekik dengan tangannya yang kekar ke leher Rasulullah, sehingga Nabi hampir tidak bisa bernapas.
Mengapa Uqbah berbuat seperti itu ?, Uqbah hampir saja masuk Islam setelah dipengaruhi dakwah Nabi Namun dia dikecam sahabat terdekatnya Abu Jahal.
“Sungguh haram wajahku bertemu dengan wajahmu dan haram uucapanku bertemu dengan ucapanmu sampai engkau berani meludahi wajah Muhammmad, ” ujar Abu Jahal.
Kesedihan Fahimah
Tak Cuma Uqbah yang berbuat jahat.
Suatu ketika Nabi saw sedang shalat, sementara Abu Jahal dan teman-temannya sedang duduk-duduk. Salah satu diantara mereka berkata
“Siapa diantara kalian yang berani menumpahkan kotoran unta ke punggung Muhammad saat beliau bersujud”
Temannya Abu Jahal
Membawa kotoran dan memerhatikan gerak gerik Rasulullah, ketika sujud dia menumpahkan kotoran diatas punggung Rasulullah diantara dua bahunya. Kototan itu cukup banyak sehingga susah Nabi untuk bangkit.
Mereka semuanya lalu tertawa satu sama lain, dan Rasulullah tetap melaksanakan sujudnya.
Fathimah mendengar kejadian itu langsung mendatangi Ayah tercintanya, dan terkejut menyaksikan punggung ayahnya penuh dengan kotoran.
Sambil menangis Fathimah membersihkan kotoran di punggung ayahnya. Baru setelah itu Rasulullah bisa mengangkat kepalanya.
Sang ayahanda mengetahui anaknya menangis, berkata dengan lemah lembutnya ”Jangan menangis wahai putriku sungguh Allah akan menolong ayahandamu”.
Rasullah berdo'a
“Yaa Allah hukumlah orang Qurays ini”
Dalam perang Badr Uqbah menemui ajalnnya. (HR Bukhari)
Darul Arqam
Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah ﷺ mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang kecil itu mulai terasa sempit.
"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam.
"Rumahku cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah puluhan orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai tempat itu untuk mengganggu kita."
Rasulullah pun setuju.
Oleh karena itu, pertemuan setiap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebagian pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para budak, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir, serta orang tertindas lain. Sisanya adalah golongan orang terpelajar dan pedagang kaya.
Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.
"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah dari rombongan saudagar dari tempat-tempat lain? Kalau demikian yang terjadi, kita akan bangkrut." Ujar seorang pedagang.
Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam tidak akan menutup Mekah. Islam juga tidak akan mengubah musim ziarah ketika justru banyak pedagang mancanegara berdatangan ke Mekah. Islam tidak melarang semua itu.
Hal yang dilarang adalah:
1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan Quraisy
3. Bertelanjang ketika thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk lain saat melaksanakan ziarah
Rencana Para Pemuka Quraisy
Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang pun merasa lega. Kebanyakan mereka bukan pedagang budak dan tidak menarik untung dari korban yang dipersembahkan untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman mereka pun semakin kuat.
Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para pembesar Quraisy pun menyusun rencana lain...
"Apa yang harus kita lakukan?"
teriak seorang pemuka Quraisy.
"Abu Bakar dan teman-temannya terus membebaskan budak-budak kita! Tidak ada jalan lain, bunuh budak-budak itu agar yang lain ketakutan!"
"Tidak," geleng Abu Jahal lemah.
"Sumayyah telah kubunuh, tapi itu tidak membuat yang lain takut. Cari saja cara yang lain!"
Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat,
"Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian, wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun bubar ketakutan!"
"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan membelanya!" lengking yang lain.
"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita takuti dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun, engkau lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya sendiri! Ia tidak peduli pada nasib keponakannya itu! Pilihlah dua orang yang paling ditakuti di Mekah untuk melaksanakan tugas ini!"
Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang berkeliling. Kemudian, seorang dari mereka menunjukkan jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar,
"Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak ada orang lain yang berani melawan kalau kalian memukuli Muhammad!"
Orang-orang berseru "setuju."
"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru,
"Langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai pembohong, orang gila, dan tukang sihir!"
Usul itu disetujui.
Mulai hari itu, setiap Rasulullah melewati jalan-jalan di Mekah, para budak, para wanita yang nasibnya justru sedang diperjuangkan Rasulullah, meneriaki beliau,
"Pembohong besar!
Orang gila! Tukang sihir!"
Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian, apa yang terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukuli Rasulullah
Kuda Jantan
Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah. Beliau pergi ke sebuah tempat yang teduh, berbaring di atas batu, dan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding cacian dan celaan dari orang-orang yang justru sedang diperjuangkan Rasulullah mati-matian.
Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di depan teman temannya,
"Aku bersumpah untuk menghantam kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang sujud kepada Tuhannya!"
Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan yang lain saling pandang dengan terkejut.
Itu adalah sebuah tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian.
Jika Muhammad meninggal, Bani Hasyim pasti akan menuntut balas dan Mekah akan terpecah oleh perang saudara.
Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah yang tidak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.
Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu, Rasulullah sedang shalat di depan Ka'bah. Ketika beliau sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah mendekat. Kedua tanganya yang menggenggam batu terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas.
Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga, mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di tangannya lepas dan wajahnya pucat ketakutan.
"Ada apa?” semua teman- temannya bertanya kebingungan.
Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata,
"Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda jantan serupa itu. Kepala, tengkuk, dan giginya sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku seandainya batu tadi kuhantamkan!"
Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.
Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan takjub. Sementara itu, Rasulullah tetap melanjutkan shalat dengan khusyuk. Wajah beliau begitu teduh dan tenteram.
Shallu 'alan Nabi...
Berlanjut ke bagian 36
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri