Semarang, infoDKJ.com | PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) resmi menghentikan operasionalnya dan memecat lebih dari 10 ribu karyawan setelah dinyatakan bangkrut. Perusahaan tekstil raksasa ini kini berada di bawah kendali kurator setelah rapat kreditur memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha atau going concern.
Kurator PT Sritex, Denny Ardiansyah, mengungkapkan keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk ketiadaan modal kerja, kebutuhan tenaga kerja yang besar, serta tingginya biaya produksi.
"Hasil pertemuan dengan debitur sudah disampaikan, dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan usaha," ujar Denny, Jumat (28/2), dikutip dari Antara.
Selanjutnya, kurator akan melakukan eksekusi terhadap aset perusahaan, yang kemudian akan ditaksir oleh akuntan independen sebelum dilelang guna melunasi utang. Daftar harta pailit juga telah ditelusuri dan dicatat dalam rapat kreditur.
Hakim Pengawas Pengadilan Niaga Semarang, Haruno Patriadi, menegaskan bahwa PT Sritex berada dalam kondisi insolven, atau tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannya.
"Melanjutkan usaha dalam kondisi seperti ini tidak mungkin dilakukan," tegas Haruno.
Direktur Sritex: "Saya Kehilangan Kalian"
Direktur Utama PT Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, mengaku berat menerima keputusan ini. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya akan tetap menghormati putusan pengadilan dan bekerja sama dengan kurator untuk memperlancar proses penyelesaian aset.
"Peristiwa ini menjadi momentum untuk bangkit lebih kuat. Saya merasa kehilangan kalian, tanpa kalian saya bukan apa-apa," ujar Iwan saat berpamitan dengan para karyawan di pabrik Sritex, Sukoharjo, Jumat (28/2).
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih serta permohonan maaf kepada seluruh pekerja yang selama ini telah menjadi bagian dari perusahaan.
"Tetap semangat, terima kasih sebesar-besarnya. Mohon maaf atas segala perkataan dan perbuatan selama kita bekerja bersama," ucapnya.
Penutupan PT Sritex menandai berakhirnya perjalanan panjang perusahaan tekstil yang pernah menjadi salah satu pemain terbesar di industri garmen Indonesia.
(Awat)