Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 13 Maret 2025
Terakhir di Mekah Sebelum Hijrah
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Umar dan Hamzah Hijrah Jakarta
Kaum Muslimin mulai berhijrah ke Yatsrib secara bertahap. Saat itu, hanya sedikit yang masih tertinggal di Mekah, di antaranya Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abdul Muththalib, Umar bin Khattab, serta beberapa orang yang belum menemukan cara untuk meloloskan diri.
Ketika Abu Bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah memerintahkan aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."
Kemudian, Hamzah bin Abdul Muththalib berangkat bersama beberapa orang lainnya. Berbeda dengan kebanyakan Muslim yang pergi secara diam-diam, Hamzah berangkat terang-terangan dengan menyandang pedang. Sorot matanya seolah berkata:
"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan menghadapi tebasan pedang!"
Tak seorang pun dari Quraisy yang berani menghalangi.
Setelah itu, Umar bin Khattab menyusul. Ia memimpin rombongan yang terdiri dari kaum lemah dan miskin yang tidak memiliki pelindung. Dengan pedang tersandang, busur di pinggang, dan genggaman anak panah, Umar melewati Ka'bah dan menantang para pembesar Quraisy:
"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya kehilangan anak, istrinya menjadi janda, dan anaknya menjadi yatim, temuilah aku di belakang lembah ini!"
Tak seorang pun berani menjawab tantangan itu. Umar lalu melompat ke atas kudanya dan memimpin rombongan hijrah, meninggalkan tatapan penuh kebencian dan ketakutan dari kaum Quraisy.
Kini, yang tersisa di Mekah hanya Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib. Melihat Rasulullah ﷺ masih berada di kota itu, para pemuka Quraisy mulai merancang rencana jahat untuk mencelakakan beliau.
Quraisy Mengincar Rasulullah ﷺ
Dalam pertemuan Darun Nadwah, para pemimpin Quraisy membahas bahaya yang mereka hadapi akibat hijrahnya kaum Muslimin ke Yatsrib.
"Sudah berkali-kali kita membahas kepergian Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi hingga kini kita belum melakukan tindakan apa pun!" seru salah seorang pemuka Quraisy.
"Jika Muhammad dan pengikutnya bersatu di Yatsrib, mereka bisa menyerang kita kapan saja!"
"Bahkan mereka bisa mengganggu perdagangan kita! Kafilah-kafilah dagang kita menuju Syam pasti akan mereka cegat!"
Semua yang hadir bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Mereka mulai mengusulkan berbagai cara untuk mengatasi Rasulullah ﷺ:
- Mengurung Rasulullah ﷺ dalam kurungan besi agar ia bernasib sama seperti para penyair Zuhair dan Nabighah.
- Mengusir Rasulullah ﷺ dari Mekah dan membiarkannya pergi. Namun, mereka sadar bahwa Rasulullah ﷺ justru akan bergabung dengan pengikutnya di Yatsrib.
- Membunuh Rasulullah ﷺ, yang akhirnya menjadi rencana utama mereka.
Usul Abu Jahal yang disepakati adalah:
"Ambil seorang pemuda tangguh dari setiap suku, lalu suruh mereka membunuh Muhammad bersama-sama dengan pedang-pedang yang diasah tajam. Dengan begitu, Bani Abdu Manaf dan Bani Hasyim tidak bisa membalas karena seluruh suku terlibat dalam pembunuhan ini. Kalaupun harus membayar diyat (ganti rugi darah), kita bisa menanggungnya bersama!"
Persiapan Hijrah Rasulullah ﷺ
Pada hari ketika kaum Quraisy merancang pembunuhan Rasulullah ﷺ, Jibril turun dan membongkar rencana tersebut. Jibril berkata:
"Wahai Rasulullah! Janganlah engkau tidur malam ini di tempat tidur yang biasa. Allah memerintahkan engkau untuk berhijrah ke Yatsrib."
Jibril juga menyampaikan bahwa Abu Bakar akan menjadi teman hijrah Rasulullah ﷺ. Tanpa menunda waktu, Rasulullah ﷺ pergi ke rumah Abu Bakar.
Siang itu, matahari terik membakar kota Mekah. Rasulullah ﷺ berjalan dengan wajah dan kepala tertutup. Setibanya di depan rumah Abu Bakar, beliau memanggil sahabatnya itu.
Abu Bakar yang terkejut segera keluar menyambut beliau. Rasulullah ﷺ pun menyampaikan kabar penting:
"Allah telah mengizinkanku untuk hijrah."
Dengan penuh harap, Abu Bakar bertanya:
"Berkawan dengan saya, ya Rasulullah?"
Rasulullah ﷺ tersenyum dan menjawab:
"Ya, dengan izin Allah."
Abu Bakar pun menangis bahagia. Ia telah lama berharap untuk menemani Rasulullah ﷺ dalam perjalanan hijrah.
Abu Bakar kemudian memperlihatkan dua ekor unta yang telah disiapkannya. Rasulullah ﷺ memilih salah satu dan menamakannya Al-Qushwa. Abu Bakar segera mempersiapkan bekal dengan bantuan putrinya, Aisyah dan Asma.
Sementara itu, Rasulullah ﷺ memanggil Ali bin Abi Thalib dan memintanya untuk mengembalikan semua barang titipan kaum Quraisy sebelum berangkat.
Pemandu Hijrah
Untuk menghindari kejaran Quraisy, Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar menyewa Abdullah bin Uraiqith, seorang musyrik Quraisy yang dikenal jujur dan ahli dalam perjalanan gurun. Ia akan menjadi pemandu perjalanan mereka menuju Yatsrib.
Daya Tahan Rasulullah ﷺ
Hijrah Rasulullah ﷺ menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah Islam. Selama 13 tahun berdakwah di Mekah, Rasulullah ﷺ telah menunjukkan ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam menghadapi berbagai ujian dan perlakuan buruk dari kaum Quraisy.
Beliau menerima semua hinaan, penyiksaan, dan ancaman dengan penuh kesabaran, tanpa pernah menyerah atau patah semangat. Kini, dengan hijrah ke Yatsrib, Islam memasuki babak baru yang akan membawa perubahan besar bagi dunia.
Berlanjut ke bagian 60 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri