Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 14 Maret 2025
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Dikepung
Malam pun tiba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas tempat tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan.
Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah. Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari segala penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai para ketua kabilah, jumlah semuanya hampir seratus orang. Tampaknya tidak ada celah sedikit pun untuk meloloskan diri.
Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan memanjat. Konon, setiap kali ia memanjat, terdengarlah suara tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun segera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.
Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang ksatria yang memasuki rumah orang yang akan dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai merusak keamanan seorang perempuan. Anak perempuan tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang terbangun dari tidurnya.
Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai untuk memastikan apakah Rasulullah masih berada di rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib yang tidur dengan berselimut, mereka menyangka itu adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.
Rasulullah Meloloskan Diri
Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan sangat perlahan.
Beliau mengambil segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca ayat:
“Dan kami adakan dihadapan mereka dinding dan dibelakang mereka dinding Pula Dan Kami tutup mereka, sehingga mereka tidak melihat” (Qs. Yasin 36 ; 19).
Mata mereka tiba-tiba tidak bisa melihat. Sekeliling mereka menjadi gelap. Rasa katuk yang hebat menyerang mereka, membuat mereka terkulai lemas. Dan pedang-pedang yang terhunus ditanganpun berjatuhan.
Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu tidak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah. Bahkan semuanya jadi mengantuk dan tertidur. Rasulullah pun pergi.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur.
Pagi hampir tiba, ketika tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun pernah melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring untuk membangunkan para pengepung, "Hai orang banyak! Kamu semua di sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur demikian pulas?"
"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih tidur di dalam!"
Orang itu menggeleng-geleng,
"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan pasir di kepala kalian!"
Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan pasir di kepala mereka,
"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan! Keterlaluan!"
Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah Rasulullah.
"Muhammad! Muhammad! Muhammad!"
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya dalam waktu beberapa detik, mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin Abu Thalib yang tidur di tempat Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah yang berbaring.
"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.
"Aku tidak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.
Para pemuda itu kemudian menyeret Ali bin Abu Thalib ke dekat Ka'bah dan mengurungnya untuk sesaat. Di sana mereka memukul, menendang, dan menampar wajah beliau.
Namun, Ali lebih baik mati daripada mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib yang telah bertahan demikian berani.
Setelah tidak berhasil degan Ali Bin Abu Talib, orang Quraisy mendatangi rumah Abu Bakar dan mengetuk pintunya.
Asma binti Abu Bakar, segera keluar menemui mereka.
“Mana ayahmu?” Tanya mereka
“Demi Allah saya tidak tahu dinama ayahku berada” jawab Asma
Mendengar itu, Abu Jahal langsung menampar pipi Asma, sehingga antingnya terlepas.
Di Gua Tsur
Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar melangkah di muka Rasulullah, lalu disamping, kemudian pindah ke belakang. Demikian berulang-ulang.
"Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?" ucap Rasulullah.
"Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai. Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah berjalan di dekat Anda."
Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang. Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa alas kaki. Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka.
Tiba di Gua Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu sebentar di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni binatang-binatang liar, buas, dan berbisa seperti ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani masuk ke dalamnya.
“Demi Allah jangan engkau masuk dulu sebelum aku masuk. Jika terjadi sesuatu didalamnya, biarlah aku yang mengalaminya,” kata Abu Bakar.
Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia merobek pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua lubang yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu.
Mendadak seekor ular yang bersembunyi di balik bebatuan itu menggigit kakinya dengan keras.
Sakit sekali bekas gigitan itu, seperti hendak meledakkan kepalanya. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus bekerja tanpa bersuara.
Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian lelahnya beliau hingga tertidur dengan meletakkan kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin terasa menyengat sampai-sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air mata itu menetes di muka Rasulullah.
Beliau bangun dengan terkejut.
"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"
"Saya digigit ular, ya Rasulullah."
"Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?"
"Saya takut membangunkan engkau."
Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya. Seketika itu juga, bengkak dan rasa sakitnya lenyap.
Kemudian, Rasulullah bertanya,
"Kemana pakaianmu?"
Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu.
"Beliau pun berdoa, "Ya Allah, letakkan Abu Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!"
Keduanya di dalam gua itu selama tiga malam, dari malam Jum`at, Sabtu hingga malam Ahad.
Dzatun Nithaqain
Rumah AbuBakar disibukkan dengan persiapan Hijrah. Seluruh anggota keluarga terlibat , termasuk Aisyah dan asma. Kedua anak Abu Bakar tersebut mempersiapkan bekal seadanya. Aisyah telah menjadi istri Rasulullah SAW, mempersiapkan sebuah bungkusan yang dimasukkan kedalam kantung kurma.
Sementara Asma yang mengandung 7 bulan
Dia memotong kain yang menjadi ikat pinggangnya untuk diikatkan pada kantong kurma tersebut. Karena itu, Asma diberi julukan Dzatun Nithaqain (Pemilik dua ikat pinggang)
Pemandu
Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith.
Ia termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota Mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan situasi di daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat dipercaya.
Daya Tahan Rasulullah
Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah di Mekah
Rasulullah telah menunjukkan daya tahan, kesabaran, dan ketabahan yang luar biasa. Beliau menerima semua perlakuan buruk orang kafir selama bertahun-tahun tanpa amarah, apalagi hingga patah semangat.
Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar setiap hari mendengarkan rencana-rencana Quraisy saat mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah:
"Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma. Suruh ia membawa makanan untuk kami."
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira, agar menggembalakan kambing-kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ. Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan jika orang-orang Quraisy itu mendekat.
PENDERITAAN YANG DIALAMI NABI SELAMA MASA KENABIAN di MAKKAH
PELAJARAN BERHARGA
MasyaAllah Tabarakallah
Betapa kita sebagai umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW tidak akan merasa sedih membaca melihat berita Nabi kita , di bully, dihina, dicaci, dicemooh, dipukul, bahkan mau di bunuh oleh kaum Quraisy dan juga kaumnya sendiri diantaranya Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan, dll.
Semuanya diadukan ke Allah Azza Wa Jalla saja
MUNGKIN ADA BAIKNYA KITA COBA PAHAMI DENGAN PERASAAN SABAR/IKTIBAR DAN IKHLAS SEMOGA KITA TERSADAR SEBAGAI UMATNYA YANG MENGALAMI BILA KITA PERNAH :
Kondisi yang dialami Rasulullah Saw selama berdakwah Periode Makkah diantaranya.
1. Mau ke Ka`bah sholat.
Rasulullah bersiap-siap hendak keluar rumah mau ke Ka`bah akan bertemu Abu Bakar. Setelah pamit ke Khadijah, sesaat setelah pintu terbuka, beliau terkejut didepan rumahnya berserakan kotoran dan duri. Beliau tidak marah, tidak mengeluh. Dengan lembut beliau berkata “Bagaimana kelelakuan tetangga ini?”
2. Meminta hal yang tidak Mungkin, "Muhammad! Kalau engkau benar-benar Rasulullah, mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
3. Seakan mengejek.
"Muhammad, kalau Tuhanmu memang sehebat yang engkau katakan, mintalah Ia menghidupkan orangtua-orangtua kami yang sudah mati!"
4. Meminta hal yang mustahil.
"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-bukit yang mengurung Mekah agar kota ini dapat mudah dicapai orang dari arah mana pun!"
5. Dibuatlah propaganda dirumah Walid.
Dengan sasaran orang-orang yang akan melaksanakan haji. Kepada setiap orang yang melintas mereka mengatakan:
“Muhammad tukang sihir”
“Muhammad pengarang mantra”
“Muhammad pendusta”
“Muhammad Gila”
6. Dua anak Rasulullah SAW dicerai
Setelah semua yang dilakukan Quraisy tidak berpengaruh sedikitpun, Abu Lahab lalu memerintahkan kedua anak laki-lakinya yang merupakan para suami dari dua anak perempuan Nabi SAW; Ruqayyah dan Ummu Kalsum untuk menjatuhkan talak.
7. Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab.
Semakin menjadi jadi. Setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan untuk menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan dan berhati-hati, Rasulullah ﷺ melangkah agar duri tidak menembus kakinya. Namun, hampir setiap kali pula dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah beliau.
8. Melempar Kotoran Ke baju Nabi SAW.
Sambil menghapus kotoran yang melekat di pakaian, Rasulullah menoleh ke arah suara tawa. Ummu Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikmati penderitaan Rasulullah ﷺ. Ummu Jamil berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah ﷺ dengan tatapan menghina.
9. "Lihat!" lengking Ummu Jamil,
"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa agama baru! Agama yang dikiranya dapat menyamakan kedudukan para bangsawan dan budak!"
10. Nabi Saw dianggap tuli.
Rasulullah ﷺ tidak berkata apa-apa untuk membalas. Beliau hanya balik menatap dengan tatapan yang tajam.
"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya sudah tuli!" sembur Abu Lahab.
"Hai, para budak! Lanjutkan kesenangan kalian!"
Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar milik Abu Lahab dan Ummu Jamil kembali melempari Rasullulah ﷺ dengan batu, kotoran, dan pasir.
11. Rasulullah hanya bersabar.
Diperlakukan seperti itu, Rasulullah ﷺ tidak membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan sakit, seraya bersabar dan terus bersabar.
12. Penderitaan Bilal masuk Islam.
"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!" raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya, ia sangat murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah, menjadi pengikut Rasulullah.
13. Umatnya dipukuli, disiksa dan ada yang sampai mati.
Sabar, demikian sabda Rasulullah ﷺ, setiap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka. Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat, selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.
14. Kelakuan Uqbah bin Abi Mu`ith.
Suatu hari Nabi Saw, sedang shalat di Masjid Al-Haram, dia didatangi Uqbah bin Abi Mu`ith dan mencekik dengan tangannya yang kekar ke leher Rasulullah, sehinga Nabi hampir tidak bisa bernapas.
15. Menumpahkan kotoran unta ke punggung Nabi.
Suatu ketika Nabi SAW sedang shalat, sementara Abu Jahal dan teman-temannya sedang duduk-duduk. Salah satu diantara mereka berkata “Siapa diantara kalian yang berani menumpahkan kotoran unta ke punggung Muhammad saat beliau bersujud” Temannya Abu Jahal membawa kotoran dan memperhatikan gerak gerik Rasulullah, ketika sujud dia menumpahkan kotoran diatas punggung Rasulullah diantara dua bahunya. Kotoran itu cukup banyak sehingga susah Nabi untuk bangkit. Mereka semuanya lalu tertawa satu sama lain, dan Rasulullah tetap melaksanakan sujudnya. Fathimah mendengar kejadian itu langsung mendatangi Ayah tercintanya, dan terkejut menyaksikan punggung ayahnya penuh dengan kotoran.Sambil menangis Fathimah membersihkan kotoran di punggung ayahnya. Baru setelah itu Rasulullah bisa mengangkat kepalanya. Sang ayahanda mengetahui anaknya menangis, berkata dengan lemah lembutnya ”Jangan menangis wahai putriku sungguh Allah akan menolong ayahandamu”
16. Menghancurkan Wibawa seorang Nabi.
"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru,
"Langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai pembohong, orang gila, dan tukang sihir!"
17. Mau membunuh dengan batu.
Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di depan teman temannya,
"Aku bersumpah untuk menghantam kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang sujud kepada Tuhannya!"
18. Membuat Nabi jadi Cemohoan.
Orang-orang terus menertawakan Rasulullah setiap kali lewat. "Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"
Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek sambil kerap kali melontarkan caci maki juga.
19. Meludahi dan merobek baju Nabi Saw.
Tidak puas dengan berbicara, `Utbah langsung menghampiri Nabi saw, untuk merobek baju dan meludahi mukanya. Nabi saw, tidak dapat berbuat banyak. Tubuhnya terdesak nyawanya terancam. Disaat genting itulah pertolongan Allah datang.
20. Menganiaya Rasulullah Saw.
Nabi juga pernah dianiaya oleh Uqbah bin bin Abi Mu`ith. Saat Rasulullah sedang shalat khuusuk, tiba-tiba dating Uqbah dengan wajah penuh dendam. Kakinya langsung diangkat dan ditarok di pundaknya Nabi Salallahu saw yang sedang sujud. Rasa sakit beliau rasakan saat di injak Uqbah tersebut.
21. Diasingkan selama 3 tahun.
Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada seseorang saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan,
"Akan kami boikot barang-barangmu dan mengubahmu sampai jadi pengemis."
22. Mengancam yang berhubungan dengan kaum Muslim.
Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah, Umayyah langsung menggertak sambil menunjuk kuda yang dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain adalah untuk membunuhmu!"
23. Telah putus tempat berlindung.
Setelah Abu Thalib wafat, tidak ada lagi tokoh Quraisy yang disegani mau membela Muhammad Saw.
24. Jeroan kambing ditarok di pundak Rasulullah.
Pada suatu hari disaat Rasulullah saw, sedang bersembahyang di dalam ka`bah, Abu jahal dan beberapa temannya duduk tidak jauh dari beliau. Abu Jahal teringat kemarin ada beberapa ekor kambing yang telah di sembelih. Ia kemudian berkata kepada kawan-kawannya:
"Siapakah diantara kalian yang mau mengambil isi perut kambing Bani Fulan untuk diletakkan diatas pundak Muhammad waktu ia sedang sujud?"
Salah seorang yang paling jahat segera berangkat mengambil kotoran tersebut. Di saat Rasulullah sedang sujud isi perut kambing yang kotor dan berbau tersebut diletakkan diatas pundak beliau.
Setelah itu mereka tertawa terbahak-bahak sambil saling memandang karena girangnya. Ketika itu aku (Ibnu Mashud) menyaksikan tingkah laku mereka.
25. Penderitaan Fatimah.
Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia tiga tahun. Anak perempuan yang matanya masih basah karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya dihina orang sejadi-jadinya.
26. Tetangga yang tidak bersahabat.
Para tetangga mereka seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin Hamra, dan Abu Lahab sangat sering melempar batu ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan tidak cuma batu, tetapi juga jeroan kambing. Jeroan kambing itu pernah mereka melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah yang siap disajikan.
27. Budak-budak ikut nyerang Rasulullah SAW.
Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah adalah ketika seorang Quraisy pandir mencegatnya di jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas kepala beliau. Rasulullah tidak membalas hinaan itu. Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh tanah. Di rumah, Fatimah membersihkan kepala ayahnya sambil menangis.
28. Hancurnya perasaan seorang ayah.
Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah dibanding mendengar tangis anaknya. Apalagi yang menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja ditinggal mati ibunya. Hampir kaku rasanya Rasulullah karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut menangis.
29. Abu Lahab Makin mengggila.
Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia terpilih, Abu Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri Rasulullah dengan memberikan pengumuman secara terbuka di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah tindakan yang amat kejam.
30. Siksaan demi siksaan bertubi-tubi.
Siksaan Quraisy terhadap Rasulullah Saw semakin menjadi-jadi. Jiwa Nabi Saw, dalam bahaya. Karena itu beliau mengambil sebuah keputusan sulit. Rasulullah tak ingin syiar Islam terhenti hanya karena kekejian dan kekejaman yang tidak terkendalikan dari kaum Quraisy.
Berangkatlah Rasulullah Saw, ke Tha`if, daerah pemukiman kabilah Bani Tsaqif.
31. Rasulullah saw, dihujani batu "Usir dia!"
"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan tidak berani membawa kegilaannya kemari!"
Dengan cepat , penduduk Tha'if membentuk dua barisan. Sejurus kemudian mereka membungkukkan badan untuk mengambil batu. Tangan mereka kini telah penuh dengan batu keras. Setiap orang sekarang telah siap melempari Rasulullah Saw, dengan batu yang tergenggam di tangannya.
32. Batu beterbangan ke kepala dan badan Nabi Saw.
Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah dengan batu. Batu-batu itu beterbangan menuju tubuh Nabi Saw dan Zaid. Keduanya terus berlari mencari tempat persembunyian, tetapi mereka kalah cepat. Batu-batu itu silih berganti mendarat di kepala dan sekujur tubuh mereka.
33. Penderitaan yang bertambah.
"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia! Sekaranglah saatnya kalian bersenang-senang!"
Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar Kota Tha'if. Mereka diikuti hujan batu disertai gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-debug menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah dilindungi Zaid.
34. Nabi terluka dan berdarah-darah.
Mereka melemparkan batu yang diarahkan ke pembuluh darah diatas tumit Nabi Saw, sehingga kedua sandal beliau bersimbah darah. Darah segar mulai mengucur di tubuh Rasulullah Saw. Manusia mulia itu terus berlari menghindari amukan penduduk Tha`if.
Darah suci Rasulullah berceceran di sepanjang jalan.
35. Lari menjauh dari kejaran.
Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan Zaid berlindung di sebuah kebun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga Rabi'ah memperhatikan Rasulullah dari jauh, tetapi mereka tidak berbuat apa pun.
36. Do`a Rasulullah, bukan menghujat tapi supaya penduduknya dapat Hidayah.
Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat kepala dan menengadah ke langit. Beliau memanjatkan doa yang amat mengharukan.
"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kemampuanku, serta kehinaanku di hadapan manusia."
"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah pelindungku."
"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang jauh yang berwajah muram, kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?"
"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli, karena sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku."
"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan akhirat."
"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."
"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu. Tiada yang lebih kuat dan kuasa dari pada-Mu."
KISAH INI TELAH DISARIKAN dari kisah Rasulullah Saw, MULAI DARI NABI MUHAMMAD DIANGKAT MENJADI RASULULLAH SAW SELAMA 13 TAHUN DI MAKKAH DAN MAU BERHIJRAH KE MADINAH
Betapa Kita sebagai umat Nabi Muhammad Rasulullah SAW tidak akan kecewa membaca kisah Nabi kita, di bully, dihina, dicaci, dicemooh, dipukul, bahkan mau di bunuh oleh kaum Quraisy dan juga kaumnya sendiri diantaranya Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan, dll, semuanya diadukan ke Allah SWT semata.
BAGAIMANA DENGAN KITA ?????
SEMOGA KITA TERSADAR DENGAN APA YANG DIALAMI RASULULLAH SAW
BAHWA NILAI MANUSIA HANYA DIMATA ALLAH SWT SEMATA BUKAN DIMATA MANUSIA
Kita sebagai umatnya, semoga bisa juga merasakan dan mengambil ibroh dari malapetaka yang dialami Rasulullah Saw. Nabi yang kita cintai ini.
Aamiin YRA
Satu DUNIA mencela dan menghina, tetapi Allah ingin memuliakan, maka orang itu mulia.
Satu DUNIA memuji, kalau Allah ingin menghinakan, maka hinalah orang itu.
JADI KEMULIAN DAN KEHINAAN BUKAN DARI MANUSIA.
Berlanjut ke bagian 61 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri