Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 15 Maret 2025
PERIODE MADINAH
Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal, sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba maupun burung merpati yang bersarang. Selain itu, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
Memulai Hijrah
Senin, awal bulan Rabiul Awal tahun 1 H (16 September 622 M). Saat itu, usia Nabi telah mencapai 53 tahun.
Memburu Rasulullah
Di Makkah, kaum musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sejak pagi. Dengan segera, pasukan berkuda disebar ke berbagai perkampungan di sekitar Makkah untuk mencari Rasulullah.
"Mengapa Muhammad bisa lolos?"
"Bukankah kita telah mengepungnya begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
Semua orang terdiam, berusaha mencari jawabannya. Namun, tak seorang pun dapat menjelaskannya.
"Sudahlah, itu tidak penting!" seru seseorang. "Yang paling mendesak sekarang adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?"
"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang sangat ahli pun mulai melacak jejak Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah penuh ketegangan.
Sebagian besar dari mereka adalah pemuda yang semalam ditugaskan menyergap Rasulullah. Namun, setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas dan menggelengkan kepala.
"Jejaknya sudah terhapus oleh orang yang lalu-lalang tadi pagi!"
"Gawat!" geram seseorang. "Apa kau punya usul lain?"
"Siapa sahabatnya?"
"Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!"
Orang Quraisy saling berpandangan dan serempak bergumam, "Abu Bakar!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakar, yang sedang hamil tujuh bulan, keluar membukakan pintu.
"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.
"Dia pergi, dan saya tidak tahu ke mana perginya," jawab Asma dengan berani.
"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya!"
"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari saya."
"Ah, terlalu!" geram Abu Jahal sambil menampar wajah Asma keras-keras hingga ia tersungkur.
Sarang Laba-Laba
Ketika mereka keluar kota dan menelusuri beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Sekelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu hingga tiba di kaki Gunung Tsur.
Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.
"Ke mana kita harus menuju? Ke kanan atau ke kiri?" tanya komandan pasukan.
"Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"
"Aku tidak tahu," jawab sang pencari jejak sambil menggeleng.
Tiba-tiba, seorang gembala lewat dan mereka menanyainya.
"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala. "Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."
Di dalam gua, keringat dingin mengalir di tubuh Abu Bakar ketika mendengar hal itu.
"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini? Bukan keselamatanku yang aku khawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" gumam Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat."
Rasulullah menjawab dengan mantap,
"Jangan takut, Abu Bakar. Sesungguhnya Allah bersama kita."
Para pemuda itu pun turun dan kembali ke pasukan mereka.
"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan dengan dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk tanpa merusaknya!"
"Lagi pula, ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua," tambah yang lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu pasti akan rusak."
Komandan pasukan menghela napas. "Baiklah, naiklah ke kuda kalian! Kita cari ke arah lain!"
Pasukan pun menjauh.
Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua adalah pertolongan Allah. Padahal, sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada laba-laba maupun burung merpati yang bersarang.
Selain itu, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk.
Di dalam gua, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.
Perjuangan Anak Muda
Abdullah bin Abu Bakar dan Asma binti Abu Bakar masih muda saat mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka.
- Abdullah bertugas mengumpulkan informasi dari kaum Quraisy.
- Asma bertugas mengantarkan makanan ke gua.
Inilah ciri khas pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun dalam ibadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupan mereka untuk berjuang di jalan Allah.
Menenteramkan Kakek
Abu Quhafah, ayah Abu Bakar, sudah buta. Setelah Abu Bakar hijrah, ia mendatangi Asma dengan penuh kekhawatiran.
"Apakah ayahmu meninggalkan sesuatu untuk kalian?" tanyanya.
Memang benar, Abu Bakar telah membawa semua hartanya untuk perjuangan Islam di Madinah.
Namun, Asma dengan cerdas membungkus beberapa batu dalam kantong dan menyerahkannya kepada kakeknya.
"Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami," ujar Asma.
Abu Quhafah meraba batu itu dan merasa tenang, mengira bahwa Abu Bakar memang meninggalkan uang yang banyak.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ