Gaza, infoDKJ.com – Di tengah konflik berkepanjangan yang melanda Palestina, seorang mujahid di terowongan Gaza menyampaikan pesan terbuka kepada ulama asal Kuwait, Dr. Utsman Al-Khamis. Pesan ini menyoroti pernyataan Dr. Utsman yang dinilai keliru dalam memahami perjuangan para pejuang di Gaza serta hubungan mereka dengan Iran.
Dalam surat yang ditulis dari garis depan perbatasan Ashkelon, mujahid tersebut menegaskan bahwa para pejuang di Gaza berperang bukan atas kepentingan negara tertentu, melainkan demi membela agama, Rasulullah, serta kiblat pertama umat Islam, Masjid Al-Aqsha.
Bantahan terhadap Tuduhan Kedekatan dengan Iran
Dalam pesannya, mujahid Gaza tersebut menyampaikan bahwa mereka berada dalam "pelukan terowongan untuk membela Allah" dan bukan dalam "pelukan Iran." Ia menegaskan bahwa akidah yang mereka pegang teguh adalah akidah salaf, seperti yang termaktub dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah, di antaranya Matan Al-Wasithiyah, At-Thahawiyah, Nuniyah Ibnu Al-Qayyim, serta Ushul Tsalatsah.
"Di dada kami terdapat hafalan-hafalan akidah salaf yang kami lantunkan bersama. Maka kami berada dalam pelukan akidah Sunni, bukan dalam pelukan Iran!" tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa jihad yang mereka lakukan di Gaza memiliki dasar kuat dalam fiqh Islam. Ia mengutip pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang menyebutkan bahwa "tidak ada kewajiban setelah iman yang lebih besar selain melawan musuh yang menyerang tanpa syarat apa pun."
Jihad untuk Membebaskan Tawanan Muslim
Salah satu poin yang ditekankan dalam surat tersebut adalah perjuangan para mujahid untuk membebaskan tawanan Muslim dari penjara-penjara Israel. Ia mengutip pandangan Imam Malik yang menyatakan bahwa tidak boleh ada perjanjian damai atau gencatan senjata jika ada seorang Muslim yang ditawan oleh musuh.
"Jika seorang Muslim ditawan, maka wajib bagi umat Islam untuk membebaskannya. Bagaimana jika yang ditawan oleh Yahudi bukan hanya satu orang, tetapi ribuan, termasuk wanita-wanita Muslimah?" ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin yang menegaskan bahwa umat Islam wajib mengerahkan segala daya upaya untuk membebaskan tawanan Muslim, sebagaimana yang pernah diserukan terhadap Muslim di Chechnya yang menjadi korban penindasan Rusia.
Kritik terhadap Sikap Dr. Utsman Al-Khamis
Dalam pesan ini, sang mujahid mempertanyakan pernyataan Dr. Utsman yang menyatakan bahwa kelompok pejuang di Gaza akan "dihancurkan" setelah perang usai. Ia membandingkan hal tersebut dengan kebijakan negara-negara Teluk yang meminta bantuan Amerika Serikat dalam peperangan mereka, namun tidak disebut sebagai pihak yang berada dalam "pelukan Amerika."
"Apakah boleh seseorang mengatakan bahwa sebagian negara Teluk berada dalam pelukan Amerika karena mereka meminta bantuan pasukan Barat saat tanah mereka diserang?" sindirnya.
Ia juga mengingatkan metode dakwah Syaikh Ibnu Utsaimin yang menyarankan agar kelompok mujahidin yang memiliki penyimpangan dinasihati, bukan dimusuhi.
"Andai ada kelompok yang memiliki penyimpangan, mengapa Anda tidak mengikuti metode guru Anda, Ibnu Utsaimin, yang mengatakan 'Pergilah kepada mereka, berjihadlah bersama mereka, dan nasihatilah mereka'?" tambahnya.
Pesan Penutup: Jangan Ikut Peran Zionis
Menutup pesannya, mujahid Gaza itu menegaskan bahwa perjuangan mereka bukan sekadar demi kelompok atau ideologi tertentu, melainkan untuk membangun kemuliaan bagi Islam dan kaum Muslimin.
"Andai Anda menginginkan kehancuran bagi kami, maka kami justru menginginkan pembangunan, kemuliaan, kepemimpinan, dan kebahagiaan bagi Anda serta Ahlus Sunnah," pungkasnya.
Ia juga memperingatkan agar Dr. Utsman tidak mengambil peran sebagai pihak yang menghancurkan kelompok mujahidin, karena tugas tersebut sudah diemban oleh musuh-musuh Islam.
"Janganlah repot-repot, wahai Doktor, karena tugas ini sudah diambil alih oleh Trump dan Yahudi. Maka jangan bersaing dengan mereka dalam tugas ini!" sindirnya.
Kesimpulan
Pesan ini mencerminkan keresahan pejuang di Gaza terhadap pernyataan yang dapat melemahkan semangat perjuangan mereka. Mereka menegaskan bahwa perjuangan mereka tetap berlandaskan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan bukan karena intervensi pihak lain.
Surat ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam untuk berhati-hati dalam menilai perjuangan sesama Muslim, serta pentingnya solidaritas dalam menghadapi musuh bersama yang telah menindas kaum Muslimin di Palestina selama puluhan tahun.
Editor: Adang