JAKARTA, infoDKJ.com | Situs makam Mbah Lontar yang terletak di Aselih, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjadi saksi berlangsungnya acara Haul Syekh Raden Muhammad, atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Lontar, pada Sabtu, 26 April 2025. Acara ini tidak hanya sekadar peringatan, tetapi juga merupakan pengajian massal dan khataman Al-Qur’an, dengan tema "Merawat Budaya, Melestarikan Tradisi."
Mbah Lontar, yang berasal dari Kampung Bintoro di Mataram, adalah keturunan Raja Brawijaya V. Ia diutus sebagai wali dari Cirebon oleh Syekh Syarif Hidayatulloh (Sunan Gunung Jati) untuk menyebarkan ajaran Islam di Betawi (Jakarta). Beliau dikenal sebagai seorang wali yang memiliki keahlian dalam tata kota, tasawuf, dan Al-Qur’an.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama dan masyarakat, antara lain Ustad Abdul Hamid, Drs. Ustad Muhammad, Ustad Ahmad Ghozali, Ustad Ahmad Sofyan, Syamsul Arifin (Masdjo), Ustad Muhammad Amin, dan Ustad Mulyadi, S.Ag. Pembukaan acara dilakukan oleh H. Abdul Rokib Kiman, selaku Founder Ciganjur Heritage Foundation.
Dalam ceramahnya, Drs. Ustad Muhammad menekankan pentingnya menjaga tradisi dan menghormati ulama, serta mengingatkan bahwa haul ini bukan sekadar acara peringatan, tetapi juga mengandung nilai-nilai ajaran Islam yang mendalam. Ia menjelaskan bahwa istilah "haul" dalam bahasa Arab berarti "tahun," sehingga perayaannya dilakukan setahun sekali, bertepatan dengan hari berpulangnya para wali dan ulama.
Puncak acara ditandai dengan khataman Al-Qur’an yang dipimpin oleh santri Darul Hasan di bawah arahan Ustad Muhammad Amin Al Pongkori. Kegiatan ini menjadi momen penting untuk mengingat dan melestarikan warisan budaya serta sejarah Islam di Indonesia, terutama di tengah generasi muda yang perlu memahami dan menghargai nilai-nilai sejarah masa lalu.
Acara ini diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif dari kaum muda dalam melestarikan warisan budaya, agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi dapat terus hidup dan bermanfaat bagi generasi mendatang.
(MasDjo/Rilis Pray)