Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 24 April 2025
PERIODE MADINAH
Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir dan Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran.
Yahudi Bani Nadhir membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras.
Saat itu Rasulullah ﷺ belum melarang judi dan khamer. Karena banyaknya para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi, menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada Perang Uhud.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Shallu ‘alan Nabi…
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Hikmah Perang Uhud
Berbahayanya jika mengutamakan urusan dunia dibandingkan urusan akhirat
(QS Ali 'Imran 3:14)
Ibnu Abbas ra berkata, “Ketika di tahap pertama Perang Uhud orang-orang musyrik mundur, pasukan pemanah kaum Muslim berteriak, temuilah orang-orang dan Nabi saw ada di bawah sana, agar kita tidak terlambat mengambil bagian rampasan perang. Jika tidak, akan menjadi milik mereka bukan milik kalian.”
Ada sebagian dari mereka yang menjawab, “Jangan kamu tinggalkan tempat ini, sampai Nabi saw mengizinkan.”
Karena ketamakan mereka mengejar dunia, maka turunlah ayat yang berbunyi: “Di antara kamu ada yang menghendaki dunia dan ada yang menghendaki akhirat.”
(QS Ali 'Imran 3:152)
Mengejar Kembali Musuh
Rasulullah saw memutuskan untuk mengembalikan kewibawaan kaum Muslim usai kekalahan Perang Uhud.
Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa orang-orang penyembah berhala, kaum munafik, dan orang-orang Yahudi mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada Perang Uhud.
Kaum musyrikin Makkah berkata:
“Muhammad bilang kalau Perang Badar itu merupakan tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya maka apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?”
Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin kembali kuat seperti sedia kala.
Sehari setelah Perang Uhud, Rasulullah ﷺ memerintahkan seorang muazin untuk kembali mengumpulkan pasukan. Seusai shalat Ashar di Masjid al-Mustarah, beliau berdialog dengan sahabat.
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia ikut denganku. Sesungguhnya aku akan menuju kaum kafir Quraisy. Namun hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut,” kata Nabi saw.
Mereka berjalan hingga akhirnya sampai di Hamra al-Asad, sekitar 8 mil dari Madinah, dan di sanalah mereka menginap.
Sementara itu, orang-orang musyrik berhenti di Rauhai, sekitar 35 mil dari Madinah, dan mereka bermusyawarah untuk kembali menyerang ke Madinah. Di tempat itu mereka bertemu dengan rombongan Abdul Qais yang akan menuju Madinah.
Abu Sufyan menitipkan pesan: “Kabarkan ke Muhammad, kami telah bersepakat akan menyerang Madinah.”
Rombongan Abdul Qais bertemu Rasulullah saw di Hamra al-Asad, mereka pun menyampaikan pesan Abu Sufyan kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw memerintahkan sahabatnya Ma’bad yang masih tipis imannya, untuk mengejar dan menghina Abu Sufyan. Dengan kecepatan pacu kuda yang tinggi, dia berhasil menemui Abu Sufyan, dan berucap:
“Muhammad saw mengejar kalian bersama sahabat-sahabatnya yang belum pernah aku lihat sebelumnya karena marah pada kalian.
Sahabat-sahabatnya yang tidak ikut pada Perang Uhud semua ikut bergabung dengannya dan menyesal tidak ikut berperang.
Mereka semua terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada orang-orang yang hendak membalas dendam. Dan aku belum pernah melihat kemarahan seperti ini sebelumnya.”
Ma’bad kembali menakut-nakuti mereka:
“Demi Allah, aku berpendapat lebih baik kalian segera berangkat sebelum pasukan paling depan mereka berhasil melihat tentara paling akhir kalian.”
Saat itu juga semangat mereka luluh, jiwa mereka melemah. Demikian juga dengan Abu Sufyan. Ia pun mengakhiri perang psikologis dengan kaum Muslim.
Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat menyebar ke kaum musyrik pimpinan Abu Sufyan. Seketika itu juga ketakutan melanda pasukan kafir Makkah tersebut.
Mereka mengira kaum muslimin masih berbenah atas kekalahan dan berangkat pulang ke Madinah.
Sedangkan mereka, kaum Quraisy, masih berada di Rauhai, masih jauh dari Mekkah.
Kebingungan melanda Abu Sufyan. “Apa yang harus saya lakukan sekarang ini?” Mereka saling menyalahkan satu sama lain dan saling berkata:
“Kalian tidak berbuat apa-apa. Kemarin kalian memukul musuh tapi kalian biarkan saja dan tidak dibinasakan seluruhnya. Lihatlah, sekarang sisa-sisa pasukan musuh dan pemimpin-pemimpin mereka mengejar kalian!”
Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang pasukan Quraisy mundur begitu saja, padahal baru saja mereka merebut kemenangan.
Namun apabila mereka memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi kemarahan musuh. Karena itu ia melakukan sebuah siasat licik.
Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah yang sedang menuju Madinah. Kafilah itu diminta memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui pasukan Islam di Hamra Al-Asad dan akan menyerang habis-habisan.
Mendengar itu, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api unggun hingga hari Rabu, lalu kembali ke Madinah.
Namun pada saat yang sama, orang-orang Quraisy—Abu Sufyan dan pasukannya—bergegas kembali ke Makkah.
Pasukan Abu Salamah
Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh tidak berani kembali untuk menghadapi mereka.
“Namun peristiwa Uhud memiliki citra negatif terhadap kaum Muslim, para musuh Islam mulai berani melakukan serangan.”
Segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin Khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ﷺ sampai ke rumahnya sendiri.
Selain itu, tujuan Banu Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.
Rasulullah ﷺ segera bertindak. Beliau memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad, dan memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan.
Rasulullah ﷺ menyuruh agar pasukan hanya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi. Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang.
Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang Rasulullah ﷺ secermat dan secepat mungkin. Ia pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam keadaan tidak siap.
Pagi buta itu, rasa takut menyumbat kerongkongan Banu Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan, pekik takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-tenda mereka.
Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil membawa apa pun yang bisa dibawa.
Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah mengirimkan dua pasukan pengejar.
Sementara itu, ia dan pasukan ketiga menjaga perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa harta rampasan.
Seperti yang sudah diatur dalam Islam, seperlima harta rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ﷺ, orang-orang miskin, dan orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota pasukan.
Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.
Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama. Sesudah itu, luka-lukanya pada Perang Uhud kembali terbuka dan ia syahid karenanya.
Judi dan Minuman Keras
Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir dan Yahudi Bani Nadhir ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran.
Yahudi Bani Nadhir membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga disediakan banyak sekali minuman keras.
Saat itu Rasulullah ﷺ belum melarang judi dan khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang datang ke rumah-rumah judi.
Mereka banyak menghabiskan uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada Perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah mereka kumpulkan.
Shallu ‘alan Nabi…
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 101 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri