Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 27 April 2025
PERIODE MADINAH
Terbunuh Lagi 70 Orang Juru Dakwah Yang Dikirim Nabi Saw Pembantaian tersebut diketahui oleh penduduk setempat Amir bin Umayah dan al-Mundzir bin Uqbah yang saat itu tengah mengembalakan ternak kaum Muslim, keduanya melihat sekumpulan burung berputar--putar tak jauh dari lokasi kejadian. Keduanya segera berlari ketempat itu, dan terkejut melihat pembantaian yang terjadi. Keduanya terjun ke kemedan pertempuran menyerang orang musyrik dengan penuh kemarahan. Namun karena jumlahnya yang terlalu banyak, al-Mundzir terbunuh dan Amir bin Umayah tertawan. Setelah dibebaskan Amir bin Umayah kembali ke Madinah menemui Nabi saw, untuk menceritakan tentang kisah yang memilukan yang menimpa para sahabatnya.
KISAH RASULULLAH ﷺ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Khubaib bin Adiy
Khubaib bin Adiy dibeli oleh `Uqbah bin Al Harits, juga untuk dibunuh sebagai pembalasan atas kematian ayahnya. Ketika orang-orang Makkah menyeretnya keluar untuk disalib di hadapan umum.
Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,
“Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat dua rakaat?”
Setelah itu lakukanlah apa yng kalian inginkan. Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat dua rokaat dengan baik dan sempurna. Setelah sholat ia membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu berkata,
“Kalau bukan karena kamu akan menyangka aku sengaja memperlambat karena takut dibunuh, niscaya aku masih akan shalat lebih banyak lagi.”
Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas tunggak kayu.
Ketika sedang diikat di tonggak kayu salib, Khubaib berdo`a
“Yaa Allah, kami telah melaksanakan tugas Rasul-Mu, sampaikanlah kepadanya besok, apa yang dilakukan orang terhadap diri kami..”
Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang menontonnya sambil berseru dan berdo`a lagi
“Ya Allah adakanlah perhitungkan terhadap mereka itu, binasakanlah mereka semua dalam keadaan tercerai berai, jangan biarkan hidup seorang pun!”
Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar. Sebagian dari mereka bahkan merebahkan diri seolah-olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib dibunuh.
Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dua roh suci ini melayang memasuki surga yang dijanjikan.
Seandainya mau, terus saja mereka dapat menyelamatkan diri mereka. Keduanya tinggal berkata bahwa mereka akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang Quraisy bersenang hati menerima para prajurit segagah mereka.
Namun keyakinan keduanya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan hari kemudian sudah sedemikian tinggi. Keimanan mereka sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh siksaan atau tawaran harta duniawi.
Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya, namun justru sebagai cita-cita hidup di dunia ini. Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah akan memanggil-manggil saudara-saudara muslim mereka supaya memasuki Kota Makkah sebagai pemenang.
Saudara-saudara muslim mereka akan menghancurkan pertahanan dan perbuatan syirik. Kesucian sebagai rumah Allah akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama berhala yang disebut kecuali nama-nama Allah yang Mahasuci.
Rasulullah Berduka
Betapa sedihnya kaum muslimin mendengar berita tentang gugurnya `Ashim dan para sahabatnya, termasuk mereka yang jatuh sebagai tawannan musyrikin Qureisy, kemudian dibunuh dan disalib.
Kejadian itu dirasakan sebagai kerugian besar bagi tenaga—tenaga dakwah yang berani dan sangat dibutuhkan Islam dalam periode sejarah masa itu.
Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-gumpal. Mendung di hati Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi.
Beban di benak Rasulullah terus bertambah berat. Beliau khawatir kejadian seperti itu akan terulang lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum muslimin akan terdorong melakukan hal serupa di kemudian hari.
Sebuah peristiwa yang lebih tragis terjadi lagi pada bulanyanga sama, yaitu Tragedy Bir (sumur) Ma
unah
Abu Bara Amir bin Malik Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang pemuka masyarakat di daerah Najd. Rasulullah ﷺ pun menawarkan kepadanya, agar ia mau memeluk agama yang mulia ini. Namun Abu Bara menolak.
Meskipun demikian Abu Bara tidak menunjukkan sikap yang memusuhi Islam. Ia bahkan berkata
“Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-sahabatmu ka Najd dan mengajak mereka itu mau menerima ajaranmu. Saya berharap banyak orang yang akan memeluk Islam.”
Usulan itu tidak langsung disetujui oleh Nabi saw, “Saya kawatir terhadap apa yang akan dilakukan oleh kaum Najed” kata beliau
Memang Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah ﷺ masih khawatir. Beliau takut akan terjadi penghianatan lagi terhadap para sahabatnya. Dia tidak bisa segera menjawab permintaan Abu bara. Melihat keraguan di wajah Rasulullah ﷺ. Abu Bara pun mengerti.
“Saya menjamin mereka!” tegas Abu Bara. “Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka menerima ajaranMu”_
Untuk penyebaran tenaga dakwah *betapun besar resikonya, merupakan kewajiiban yang tidak bisa tidak harus dilakukan._
Rasulullah ﷺ melihat kejujuran di mata Abu Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah orang yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati masyarakatnya.
Setiap kata-katanya akan dituruti orang-orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan perlindungan oleh Abu Bara, tidak pernah diganggu oleh orang lain.
Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar berkembangnya Islam di Jazirah Arabia. Rasulullah ﷺ memanggil Al Mundir bin Amr dari bani Sa’idah.
Beliau menugasi Al Mundir memimpin 70 orang muslim pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.
Rombongan dai itu pun berangkat dengan penuh harap akan datangnya kebaikan. Apakah benar mereka akan diterima dengan baik atau sebaliknya, malah dikhianati.
Tragedi Bi’ir Maunah
Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi’ir Ma’unah, ke 70 muslim yang pandai mambaca Al-Qur`an berhenti. Daerah itu terletak di antara wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim.
Al Mundir mengutus Haram bin Milhan menemui Amir bin Ath Thufail gembong kaum kafir , pemimpin bani Sulaim. Haram ditugasi menyampaikan surat Rasulullah ﷺ kepada pemimpin-pemimpin Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali tidak membaca surat Rasulullah ﷺ itu.
Namun secara diam-diam Ia bahkan memerintahkan seorang pengikutnya agar Haram bin Milhan dibunuh.
Tanpa diketahui darimana datangnya si pembunuh itu, tiba-tiba pedang menikam badannya dari belakang hingga tembus ke dada.
Sebelum mati ia sempat berteriak: “Pembunuh....!
Amir bin Ath Thufail tambah beringas dan buas. Ia berteriak memanggil anak buahnya dan mengajak mereka bersama-sama membunuh semua anggota rombongan Haram bin Milhan.
Kemudian Amir bin Ath Thufail juga meminta bantuan kabilah lain, dan Tiga Kabilah bergabung untuk membunuh kaum muslimin yang lain.
Bani Amir menolak karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin melanggar perlindungan yang diberikan pemimpin mereka sendiri.
Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku Najd yang lain. Beberapa suku menyatakan dukungan atas penghianatan Amir. Dengan cepat mereka berkumpul dan berangkat mengepung sahabat-sahabat Rasulullah ﷺ di Bi’ir Mau’nah.
Mulai curiga karena Haram bin Milham tidak kunjung kembali, kaum muslimin di Bi’ir Mau’nah mulai meningkatkan kewaspadaan. Namun segala tindakan untuk menarik diri dari tempat itu sudah terlambat, karena dari segala penjuru para prajurit Najd muncul mengepung dan siap menyerang.
Segera saja kaum muslimin mencabut pedang dan siap bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera pecah. Para Dai itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun niat untuk menyerah.
Hampir seluruh 70 orang sahabat Rasulullah ﷺ di Bi’ir Mau’nah gugur *kecuali Kaab bin Said *.
Kaab bin Said berpura-pura telah mati namun begitu pasukan Najd pulang, Ka’ab bangun dan pulang ke Madinah dengan tubuh di penuhi luka.
Pembantaian tersebut diketahui oleh penduduk setempat Amir bin Umayah dan al-Mundzir bin Uqbah yang saat itu tengah mengembalakan ternak kaum Muslim, keduanya melihat sekumpulan burung berputar--putar tak jauh dari lokasi kejadian.
Keduanya segera berlari ketempat itu, dan terkejut melihat pembantaian yang terjadi. Keduanya terjun ke kemedan pertempuran menyerang orang musyrik dengan penuh kemarahan. Namun karena jumlahnya yang terlalu banyak, al-Mundzir terbunuh dan Amir bin Umayah tertawan.
Kaum Quraisy menanyakan dimana Amir bin Umayah berasal. Ia menjawab dari Bani Mudhar. Mendengar itu Amir segera di bebaskan demi balas jasa atas pembebasan yang dilakukan atas nama ibunya
Setelah dibebaskan Amir bin Umayah kembali ke Madinah menemui Nabi saw, untuk menceritakan tentang kisah yang memilukan yang menimpa para sahabatnya.
Kudanya di pacu dengan kencangnya menerjang terpaan debu gurun pasir yang beterbangan diembus angin demi ingin cepat bertemu Rasulullah saw.
Setibanya di daerah Qarqarah, sebuah jalan tembus ke Madinah, Amir bin Umayah beristirahat dibawah sebuah pohon yang cukup rindang. Tak lama berselang, datang dua orang Bani Kilab. Keduanya ikut beristirahat di tempat itu dan kemudian tertidur.
Amir bin Umayah. tanpa membuang kesempatan langsung membunuh keduanya , itu dilakukan karena ia menduga kedua orang itu termasuk pengeroyok para sahabat di Bir Ma`nah. Ia merasa puas dapat membalas dendam rekannya._
Sampai di Madinah Amir bin Umayah. mengakui semuanya, termasuk dua orang yang ia bunuh. Namun kedua orang itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru termasuk suku bani Amir yang telah terikat perjanjian jiwa atau bertetangga baik dengan kaum muslimin.
Nabi saw, berkata
“Sesungguhnya engkau telah membunuh dua orang dan aku akan membayar tebusan keduanya untuk keluarganya”
Kedua orang yang dibunuh Amir bin Umayah bukanlah bukanlah pembantai para sahabat., Keduanya ingin bertemu dengan Nabi saw, untuk suatu urusan (Ibnu Hisyam. HR Buchari)
Nabi Saw sangat terpukul dengan dua tragedi hanya berselang beberapa hari. Wajahnya bersedih dan berduka dan tidak banyak berkata-kata serta murung.
Do'a Qunut INILAH ASAL MUASAL QUNUT NAZILAH
Karena sangat sedihnya, beliau selalu berdoa Qunut Nazilah saat sholat Subuh selama 30 hari.
Do'a tersebut beliau tujukan kepada kabilah-kabilah yang berkhianat dan membantai para sahabat.
Shallu ‘alan Nabi…
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 104 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri