Jakarta, infoDKJ.com | Jumat, 4 April 2025
PERIODE MADINAH
”Hai paman, tunjukkan sama saya mana Abu Jahal” kata dua orang pemuda kepada Abdurrahman bin Auf”
“Aku dengar dia menghina Rasulullah saw, Saya telah berjanji kepada Allah, yang jiwaku berada dalam genggamanNya bila saya melihat Abu jahal, aku tidak akan pernah membiarkannya lolos dari pandanganku, ia akan saya bunuh, atau aku yang mati dibunuh olehnya.”
KISAH RASULULLAH ﷺ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Hamzah
Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim. Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar. Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan kehausan.
Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah. Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos para penunggang lain yang terkenal tangguh. Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju. Namun, semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.
Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur dengan niat untuk menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama kemudian, Hamzah berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.
Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin. Dengan kudanya yang menggila, ia menyerang beringas, menerjang dan menginjak-injak.
Topi dan baju besi yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim. Namun Hamzah datang dan menyerangnya. Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke belakang, berputar, dan balik menyerang. Pedangnya berkelebat membelah udara.
Beberapa tentara kedua belah pihak berhenti bertempur dan memperhatikan pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas. Akhirnya, Hamzah berhasil menebas leher Naufal.
Pekik takbir اَللّهُ اَكْبَرُ membahana. Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur. Pasukan muslim yang tanpa perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan mengenakan baju besi lengkap.
Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling bertanya,
"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?"
"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara tercekat.
"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.
Tewasnya Abu Jahal
Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia mendengar seseorang berseru:
"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang belaka. Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada yang terbunuh di pihak kita! Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya peluang untuk hidup! ……mundur!..... mundur!" teriaknya
Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya mengingatkan bahwa merekalah para pemimpin Arab.
Abu Jahl berusaha mengatasi kekalahan yang diderita oleh pasukannya. Penglihatannya masih tetap dikelabui oleh angan-angannya, lalu ia berteriak:
“Demi Lata....demi `Uzza (nama dua buah berhala besar), kita tidak akan kembali ke Makkah sebelum menghancurkan mereka di pegunungan ini.... Balaslah serangan mereka.”
Abu Jahl memang berhak disebut sebagai “lambang” puncak permusuhan terhadap kebenaran islam. Mata gelap baginya sudah merupakan bagian hiidupnya dan tak akan pernah dapat melek lagi selama-lamanya.
Oleh karena itu ia dengan dengan membabi buta maju menerjang dalam pertempuran seraya membuyungkan dada: “
- Kecerahan hari berperang tak akan pudar bagiku
- Akulah unta perkasa yang berumur 2 tahun
- Untuk itulah aku dilahirkan ibuku
Sedangkan pasukan muslimin yang semakin gigih bertempur karena bayangan kemenangan sudah berada didepan mata. Dalam peperangan itu mereka selalu mengumandangkan “Ahad...Ahad....Ahad....!
Perang terus berkecamuk. Kian lama bertambah sengit.Abu Jahal berada ditengah pasukannya, dikelilingi pedang dan tombak pasukannya, laksana pagar.
Pasukan Muslim terus maju tidak tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal dan menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda .
“Kisah Abdurahman bin `Auf tentang Abu Jahl”
“Abdurahman bin `Auf menceritakan pengalamannya sendiri sbb: Dalam perang Badar aku turut serta dalam barisan kaum muslimin. Tiap menoleh kekiri dan kekanan aku selalu melihat dua orang pemuda remaja, hingga aku merasa tidak yakin bahwa dua pemuda itu akan selalu berada dikanan kiriku.
Tiba-tiba seorang diantaranya berkata kepadaku: `Hai paman, tunjukkan sama saya mana Abu Jahl” Aku bertanya: `Hai pemuda apa yang hendak kau lakukan terhadap dia ?.
Ia menjawab:
“Aku dengar dia menghina Rasulullah saw, Saya telah berjanji kepada Allah, yang jiwaku berada dalam genggaman_Nya bila saya melihat Abu jahal, aku tidak akan pernah membiarkannya lolos dari pandanganku, ia akan saya bunuh, atau aku yang mati dibunuh olehnya.”
Yang seorang lagi juga mengatakan seperti itu kepadaku. Betapa gembiranya hatiku berada di tengah-tengah dua pemuda seperti itu.
Abdurahman bin `Auf pun mencari Abu Jahal dan melihatnya sedang berkeliling dengan mengenakan baju perisai. aku tunjukkan orang yang bernama Abu Jahal itu kepada kedua pemuda tadi.
Dalam hitungan detik akhirnya kepada kedua pemuda itu. Berlomba -lomba menerobos pagar yang terdiri dari pedang, perisai dan tombak.
Kini mereka telah berada didepan Abi Lahal, Seketika itu juga mereka lalu menyambar Abu Jahal laksana dua ekor elang dan memukulnya dengan pedangnya yang satu memancung kepalanya dan satu lagi menusuk perutnya hingga tewas.
Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka menghampiri Rasulullah saw, masing-masing mengaku telah membunuh Abu Jahal
Rasulullah ﷺ lalu berkata:
“Kalian berdua telah membunuhnya dan dan memenggal kepalanya, nyawa Abu Jahal masih masih berada di jasadnya, tampaknya dia berada dalam alam ambang kematian, sedangkan darahnya membanjiri tanah.”
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya. Demi Allah, kalian lah yang membunuh Abu Jahal?"
Saat mereka menjawab,
" Ya."
segera Rasulullah ﷺ bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,
"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah mengalahkan tentara musuhnya."
Tokoh-tokoh musyrikin Makkkah yang menemui nasib sama seperti Abbu Jahl sebanyak tujuh puluh orang dan yang sebelumnya nya mereka itu selalu menyombongkan diri, sekarang mereka telah berubah menjadi manusia-manusia kerdil yang tidak ada harganya.
Setelah itu, sisa pasukan musuh mundur dan lari tunggang langggang dalam keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan persenjataan lengkap itu telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam perkemahan. Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.
Kenyataan itu menunjukkan bahwa “kezhaliman” pasti berakibat buruk dan “sikap kepala batu” pasti akan mendatangkan kenistaan dan kewirangan (malu)
Strategi yang diterapkan Rasulullah ﷺ terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak sedikit pun pada awal pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang Quraisy melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang serbuan pasukan berkuda.
Kaum muslimin sebaliknya, dengan wajah yang berseri-seri mereka melihat langit dan bumi tertawa kegirangan. Kemenangan gemilang dalam perang Badar membuat mereka “hidup” kembali, memulihkan cita harapan dan harga diri serta membebaskan mereka dari belenggu yang berat.
Mengenal hal ini, Allah swt. Telah menegaskan didalam firman-Nya :
“Sungguh, bahwa Allah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian ketika itu adalah orrang-orang yang lemah. Karena itu hendaklah kalian tetap bertaqwa kepada Alllah dan hendaklah kalian selalu mensyukuri-Nya. “ (Q. Al-imran : 123)
Rasulullah ﷺ terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah itu barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.
Setelah Perang
Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah ﷺ mengutus beberapa pengintai untuk mengikuti ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ﷺ ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar mundur ke Makkah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian menyerang kembali atau malah bergerak ke arah Madinah.
Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang karena ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.
Rasulullah ﷺ mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,
"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."
Kemudian, Rasulullah ﷺ meninjau langsung bekas medan pertempuran. Beliau menemukan 14 sahabatnya gugur sebagai syahid. Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan kaum muslimin. Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di kuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.
Rasulullah saw berada di Badar selama tiga hari. Ketika telah siap untuk kembali, Rasulullah saw, berdiri dipinggir sumur sambil memanggil nama kaum, Muslim yang syahid di Badar, termasuk nama bapak mereka.
Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Rasulullah ﷺ memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah membunuh ayahnya sendiri. Rasulullah ﷺ mendekati Hudzaifah dan bertanya,
"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu?"
"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kematiannya. Ya Rasulullah. Akan tetapi aku mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat berharap dia akan mendapat hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa Ayahku, aku merasa sangat berduka," demikian jawab Hudaifah.
Rasulullah ﷺ mengangguk lalu menghibur hati Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau mendekati barisan para tawanan. Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.
"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, " demikian Sabda beliau.
Shallu 'alan Nabi…!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Berlanjut ke bagian 81 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri