Jakarta, infoDKJ.com | Kamis, 10 April 2025
PERIODE MADINAH
Kaum Yahudi Berulah
Tiba-tiba Yahudi mengerumuni wanita Muslim itu untuk meminta membuka penutup mukanya.
Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya.
Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin membunuh Yahudi tersebut.
Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya.
Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.
KISAH RASULULLAH ﷺ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Orang Yahudi Mulai Bertingkah
"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka, kemudian ingatkan akan peristiwa Bu'ats dan peristiwa-peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka beberapa syair yang berisi tentang pertengkaran mereka.”
Pemuda Yahudi itu pun melakukannya. Maka kaum Muslimin ketika itu menjadi bertengkar sampai dua orang dari dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu terjadi perang mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah semuanya dan berkata:
"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan.”
"Senjata, senjata!"
Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir terjadi peperangan.
Mendengar itu semua, akhirnya kaum Muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu daya setan dari musuh mereka.
Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ﷺ, lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka seraya mengatakan:
"Wahai kaum Muslimin, ingat Allah! Ingat Allah! Apakah kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku masih di tengah-tengah kalian? Setelah Allah menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menyatukan hati kalian?"
Mendengar itu semua, akhirnya kaum Muslimin pun sadar bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu daya setan dari musuh mereka.
Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan tempat bersama Rasulullah ﷺ dengan penuh ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya musuh Allah, Ibnu Qais.
Itulah apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-tengah kaum Muslim, dan menghalangi jalan dakwah Islam.
Dalam hal ini mereka memiliki berbagai program. Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.
Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka.
“Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada orang mukmin dan tidak dapat melunasinya, mereka mengatakan: sesungguhnya hutangku kepadamu hanya kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek moyangmu. Apabila kamu telah keluar dari agama nenek moyangmu, tidak akan kubayar lagi.”
Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud, sekalipun mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah ﷺ. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.
Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-terangan.
Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat adalah Saat Kaab bin Asyraf.
Sebagaimana halnya Bani Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara ketiga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa tinggal di dalam Madinah.
Profesi mereka adalah tukang sepuh dan pembuat bejana. Dengan profesi tersebut, setiap orang dari mereka memiliki alat-alat perang.
Jumlah prajurit mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar perjanjian.
Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu setiap Muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai mereka berani mengganggu para wanita kaum Muslimin.
Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah ﷺ mengumpulkan mereka, menasihati mereka, dan mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan kesombongan mereka semakin menjadi.
Setelah Rasulullah ﷺ berhasil menundukkan orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa dan berkata:
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa kaum Quraisy."
Mereka mengatakan,
"Hai Muhammad, janganlah Engkau membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau hadapi dalam peperangan, niscaya Engkau akan mengetahui siapa sebenarnya kami."
Kemudian Allah تَعَالَى menurunkan ayat:
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya."
(Surah Ali 'Imran [3]: 12)
"Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati."
(Surah Ali 'Imran [3]: 13)
Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi ﷺ menahan amarahnya dan bersabar, demikian pula kaum Muslimin.
Orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, adalah sebuah kabilah Yahudi yang bermukim di pinggiran Madinah. Mereka bertambah berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka.
Menghadapi kenyataan ini, kaum Muslimin masih menahan diri dan bersikap menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan melampaui batas.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun, bahwasanya seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk menyepuh perhiasannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana sampai Yahudi tersebut menyelesaikan pekerjaannya.
Tiba-tiba beberapa orang Yahudi berkerumun dan mengelilinginya serta menginginkan wanita itu untuk membuka penutup mukanya.
Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui oleh wanita itu, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya.
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin memberi pertolongan dari penyerang tukang sepuh Yahudi itu.
Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya dan membunuhnya.
Peristiwa itulah yang menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.
Insiden itu terjadi pada pertengahan bulan Syawwal tahun kedua Hijriah.
Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, dan menyerahkan bendera kaum Muslimin kepada Hamzah bin Abdul Muthalib, dan bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani Qainuqa.
Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka segera berlindung di dalam benteng-benteng mereka.
Shallu Alan Nabi…!
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 87 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri