Jakarta, infoDKJ.com | Sabtu, 12 April 2025
PERIODE MADINAH
"Siapakah di antara kalian yang berani yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya," kata Rasulullah saw.
KISAH RASULULLAH ﷺ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Perang Dzu Amar
Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang dipimpin Rasulullah ﷺ sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga Hijriah.
Seorang mata-mata Madinah menyampaikan berita penting kepada Rasulullah saw bahwa ada sekelompok besar dari Bani Tsa’labah dan Bani Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di pinggiran Madinah.
Maka Rasulullah ﷺ bertindak cepat dengan mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang. Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang berkendaraan unta, kuda, maupun yang berjalan kaki. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.
Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap seseorang dari Bani Tsa’labah bernama Jabbar. Ia pun dibawa kepada Rasulullah ﷺ. Lalu Beliau menyerukan Islam kepadanya, Jabbar tidak menolaknya dan ia pun masuk Islam.
Kemudian Nabi saw memintanya bergabung bersama Bilal dan menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju daerah musuh. Pasukan Muslim bergerak terus. Orang-orang Bani Tsa’labah mendengar pergerakan kaum Muslim.
Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung ketika mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin.
Nabi ﷺ bersama pasukannya sampai di sebuah mata air yang bernama Dzu Amar, tempat berkumpulnya mereka.
Di sana Beliau tinggal selama sebulan penuh, bulan Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar mereka merasa takut. Setelah itu Beliau kembali ke Madinah.
Ka’ab bin Al Asyraf – Tokoh Yahudi
Ka’ab bin Al Asyraf adalah seorang hartawan dari kalangan Yahudi yang paling keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling keras gangguannya kepada Rasulullah ﷺ dan menyerukan untuk memerangi Beliau. Ia selalu memuji-muji kaum kafir Quraisy dan mendorong mereka untuk memerangi kaum Muslim.
Ka’ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai’ dari Bani Nabhan dan ibunya dari Bani Nadhir. Ia adalah seorang yang kaya raya, terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang penyair.
Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah, di belakang perkampungan Bani Nadhir.
Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin Quraisy di Badar, ia berkata:
"Apakah berita ini benar? Mereka (kaum Quraisy) itu adalah para pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh lebih baik daripada punggungnya."
Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk mencaci Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin, memuji musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka untuk memusuhi kaum Muslimin.
Setelah Perang Badar
Ia tidak puas dengan sekadar berbuat seperti itu, sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan singgah di tempat Al-Muthalib bin Abi Wada’ah As-Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke dalam sebuah sumur Badar.
Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak cucu mereka dengan kedengkian terhadap Nabi ﷺ, serta mengajak mereka untuk memeranginya.
Ketika berada di Makkah, Ka’ab ditanya oleh Abu Sufyan dan kaum musyrikin:
"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama Muhammad dan para sahabatnya?
Dan manakah yang benar jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya?"
Ka’ab menjawab:
"Kalianlah yang lebih benar jalannya dan lebih baik."
Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman."
Surah An-Nisa’ (4:51)
Kemudian Ka’ab kembali ke Madinah dalam keadaan demikian. Di dalam syair-syairnya, ia mulai berani merayu-rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti serta menghina para sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras.
Ketika itulah Rasulullah ﷺ berkata:
"Siapakah di antara kalian yang berani yang bersedia membunuh Ka’ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya."
Mendengar seruan Nabi saw itu, maka Muhammad bin Maslamah, Ibad bin Bisyr, Abu Na’alah, Al-Harits bin Aus, dan Abu Isa bin Jabr bangkit dan mengatakan:
"Wahai Rasulullah, apakah Engkau suka apabila kami membunuhnya?"
"Ya," jawab Beliau.
Muhammad bin Maslamah mengatakan:
"Izinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."
"Katakanlah," sahut Beliau.
Shallu ‘Alan Nabi…!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 89 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri