Jakarta, infoDKJ.com | Minggu, 13 April 2025
PERIODE MADINAH
PEMBENCI NABI TEWAAAAAS
"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini." Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata, "Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."
Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?"
"Boleh," jawab Kaab.
Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya. Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata, "Bolehkah aku mengulanginya lagi?"
"Silahkan," jawab Kaab.
Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru, "Renggutlah musuh Allah ini!"
KISAH RASULULLAH ﷺ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Ka'ab Bin Al Asyraf diperdaya
Ketika itulah Rasulullah ﷺ berkata,
"Siapakah di antara kalian yang berani yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf? Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya."
Mendengar seruan Nabi ﷺ itu, maka Muhammad bin Maslamah, Ibad bin Bisyr, Abu Na’ilah, al-Harits bin Aus dan Abu Isa bin Jabr bangkit dan mengatakan,
"Wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila kami membunuhnya?"
"Ya," jawab Beliau.
Muhammad bin Maslamah mengatakan,
"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."
"Katakanlah," sahut Beliau.
Rasulullah ﷺ mengizinkan Muhammad bin Maslamah mengatakan apa saja yang ia ingin katakan kepada Ka'ab bin Al Ashraf.
Pada tanggal 14 Rabiul Awal tahun 3 Hijrah, mereka mendatangi Kaab dengan membawa senjata. Saat itu Kaab baru saja menikah dan berada di bentengnya. Saat mendengar suara panggilan, istrinya berkata,
"Pada jam-jam begini, engkau mau kemana? Sesungguhnya aku mendengar sebuah suara seakan-akan meneteskan darah." katanya.
Muhammad bin Maslamah kemudian berbicara dengan Ka'ab bin Al Ashraf dan mengatakan,
"Orang itu (yakni Muhammad ﷺ) meminta shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami."
Ka'ab berkata:
"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."
Muhammad bin Maslamah berkata:
"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sendiri bagaimana akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau bersedia memberi pinjaman kepada kami satu atau dua wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60 gantang)."
"Baiklah, tetapi engkau harus memberikan barang jaminan kepadaku," jawab Ka'ab.
Muhammad bin Maslamah berkata,
"Jaminan apa yang kau inginkan?"
"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai jaminan," jawab Ka'ab.
Muhammad bin Maslamah berkata,
"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami sementara engkau adalah orang yang paling tampan."
"Kalau begitu, serahkanlah anak-anak kalian kepadaku," sahut Ka'ab.
Muhammad bin Maslamah berkata,
"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan."
Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab.
Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Muhammad bin Maslamah. Dia mendatangi Ka'ab bin Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu berkata,
"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu keperluan. Aku akan mengatakannya hanya kepadamu, tetapi rahasiakanlah."
Ka'ab menjawab,
"Baik, akan kurahasiakan."
Abu Na'ilah berkata,
"Kedatangan orang itu (yakni kedatangan Muhammad ﷺ di Madinah) membawa bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah, sehingga kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang."
Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab dan Muhammad bin Maslamah.
Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Na'ilah mengatakan,
"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang sependapat dengan aku. Aku ingin membawa mereka kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik dalam hal tersebut."
Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu Na'ilah telah berhasil mencapai apa yang diinginkannya. Karena setelah dialog tersebut, Ka'ab tidak mencurigai senjata dan para sahabat yang mereka bawa.
Pada malam bulan purnama, malam ke-14 dari bulan Rabiul Awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut berkumpul menghadap Rasulullah ﷺ. Beliau kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad, lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,
"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."
Setelah itu, Beliau pulang dan terus melakukan sholat dan bermunajat kepada Rabb-Nya.
Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin Al Ashraf). Abu Na'ilah kemudian memanggilnya, dan Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.
Istrinya berkata,
"Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar seperti suara yang dapat meneteskan darah."
Ka'ab berkata,
"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya orang yang mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti bersedia menghadapinya."
Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang harum semerbak.
Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,
"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat aku telah dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah dia."
Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,
"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang menghabiskan malam-malam kita?"
"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin Asyrof.
Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah perjalanan Abu Na'ilah berkata,
"Aku belum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."
Ka'ab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia berkata,
"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."
Abu Na'ilah berkata,
"Bolehkah aku mencium kepalamu?"
"Boleh," jawab Ka'ab.
Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan menciumnya, demikian pula para sahabatnya.
Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,
"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"
"Silahkan," jawab Ka'ab.
Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah dapat memegangnya, ia berseru,
"Renggutlah musuh Allah ini!"
Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun.
Lalu Muhammad bin Maslamah mengambil sebilah pedang dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu dia tekan sampai menembusnya.
Ka'ab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Ka'ab meraung keras sehingga dapat membuat ketakutan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian, semua lampu dalam benteng dinyalakan.
Shallu AlanNabi…!
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Bersambung ke bagian 90 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri