Jakarta, infoDKJ.com | Senin, 21 April 2025
PERIODE MADINAH
Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada yang berteriak-teriak,
"Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"
Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman.
Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.
KISAH RASULULLAH ﷺ
Shallu ‘alan Nabi…
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
Tergiur Harta
Sebagaimana telah diketahui, Rasul Allah ﷺ telah mewanti-wanti sedemikian kerasnya kepada regu pemanah, supaya mereka jangan sampai meninggalkan tempat untuk melindungi pasukan dari belakang.
Mereka dipesan supaya tetap di tempat masing-masing, sekalipun melihat pasukan muslimun terpukul hancur! Akan tetapi godaan pamrih duniawi cukup kuat mempengaruhi regu panah sehingga mereka itu lemah.
Sayang sekali, justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal.
Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di medan pertempuran.
Kuda-kuda yang tangguh, baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal, belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan.
Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim.
Harta yang berserakan itu membuat mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ﷺ, mereka harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga tidak mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang.
Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng gunung.
Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.
"Mengapa kita masih tinggal di sini? Kita tidak akan mendapatkan apa-apa," tanya salah seorang.
"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh. Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."
Namun salah seorang membentak:
"Bukankah Rasulullah ﷺ sudah berpesan 'Jangan meninggalkan tempat kita ini?' Sekalipun kami diserang, janganlah kami dibantu! Bukankah demikian kata beliau?"
"Rasulullah ﷺ tidak menghendaki kita tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu."
Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan itu.
Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar perintah Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung yang masih tinggi.
Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja.
Pasukan yang bergegas turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain dan ikut memperebutkan harta rampasan.
Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah melupakan disiplin.
Mereka lupa kalau kedisiplinan dan keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan iman dan memperebutkan harta dunia.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.
Bencana yang tidak diinginkan terjadi
Pasukan berkuda Khalid bin Walid yang tadinya terkepung oleh pasukan kaum muslimin sehingga tidak berdaya melancarkan serangan dari jurusan lain — mereka sedang menunggu detik-detik kehancurannya.
Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran, kini melihat kesempatan baik itu.
Dia melihat ke bagian belakang, pasukan muslimin kosong sama sekali tanpa pengawalan.
Dengan kecepatan luar biasa ia memanfaatkan kesempatan luar biasa itu.
Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak.
Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi komando.
Pasukan berkudanya pun mulai bergerak.
Semakin cepat dan semakin cepat.
Mereka memutari Gunung Uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah.
Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.
Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi.
Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu.
Mereka ingat untuk tidak membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.
Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.
Begitu tahu mereka diserang dari depan dan belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan kembali mencabut pedang.
Namun sayang, sayang sekali!
Barisan muslim sudah pontang-panting.
Komandan-komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat pasukannya ada di dekat mereka.
Pasukan muslim yang tadinya berjuang untuk menyelamatkan iman, kini berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan diri.
Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi.
Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan pedang.
Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika mendengar ada yang berteriak-teriak,
"Rasulullah telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"
Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman.
Kecuali beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan istiqomah dari awal, seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.
Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata:
"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik."
Shallu `Alan Nabi…!
Bersambung ke bagian 98 ...
Sirah Nabawiyah: Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri